BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Negara Arab Saudi merupakan salah satu negara di
Dunia Islam yang cukup strategis, terutama karena di negarat tersebut terdapat
Baitullah di Mekkah yang menjadi pusat ibadah haji kaum muslimi seluruh dunia.
Apalagi perjalanan Islam yang tidak bisa dilepaskan dari wilayah Arab Saudi.
Sebab, disanalah Rasulullah saw. Lahir dan Islam bermula hingga menjadi
peradaban besar dunia. Arab Saudi juga sering menjadi rujukan dalam dunia
pendidikan Islam karena di negara tersebut terdapat universitas seperti King
Abdul Aziz di Jeddah dan Ummul Qura di Makkah yang menjadi tempat belajar banyak
pelajar Islam dari seluruh dunia.
Pemerintah Arab Saudi bermula dari bagian tengah
semenanjung (jazirah) Arab yakni pada tahun 1750 ketika Muhammad bin Sa’ud
bersama dengan Muhammad bin Abdul Wahhab bekerjasama untuk memurnikan agama
islam yang kemudian dilanjutkan oleh Abdul Aziz Al Saud atau Abdul Aziz Ibnu
Su’ud dengan menyatukan seluruh wilayah Hijaz yang dulu dikuasai oleh Syarif
Husain dengan Najd.
Lalu bagaimana pendidikan di negeri Haji, Arab
Saudi. Apakah kelebihan-kelebihan yang dimiliki pendidikan Arab Saudi, akankah
dapat diambil beberapa perbandingan. Kami akan mencoba memaparkan tentang
sistem pendidikan di Arab Saudi, mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk menjadi
bahan dalam mengembangkan pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
sejarah pendidikan di Arab Saudi ?
2.
Bagaimana
sistem pemerintahan di Arab Saudi?
3.
Bagaimana
sistem pendidikan di Arab Saudi?
4.
Bagaimana
kebijakan pendidikan di Arab Saudi ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Singkat Arab Saudi
Pada tahun 1744 Muhammad ibn Abdul Wahab memulai
gerakan di tanah Arab, yang kemudian disebut menurut nama gerakan Wahabi.
Gerakan ini dimaksudkan sebagai usaha membersihkan agama Islam dari unsur yang
dianggap bukan Islam. Islam murni ialah seperti yang diajarkan dan dipraktekan
oleh Nabi Muhammad SAW. Dan para sahabat di Mekkah dan Madinah dalam abad ke-7.
Pengaruh-pengaruh yang diterima oleh ajaran Islam sesudah itu ialah berasal
dari Suriah dalam Abad ke-8 dan Persia dalam abad ke-8-13. Islam sudah tidak
murni lagi dan karena itu umat Islam harus memurnikan lagi ajarannya, sesuai
yang diajarkan Nabi Muhammad. Gerakan yang dimulai oleh Abdul Wahab itu
sebenarnya bersumber pada gerakan yang telah dimulai oleh ibn Taimiah dalam
abad ke-13 Masehi dan karangan-karangan ibn Taimiah sangat mempengaruhi jalan
pikiran Abdul Wahab. Biarpun gerakan pembersihan yang dicetuskan oleh ibn Wahab
dihancurkan oleh Muhammad Ali, Gubernut Khalifah Usmaniah di Mesir, tetapi
semangat yang disebarkan oleh Ibn Wahab tidaklah lenyap. (Said, 1987:327-328).[1]
B. Sistem
Pemerintahan Negara Arab Saudi
Sistem
pemerintahan di Arab Saudi adalah Kerajaan (monarki). Kabinet bersama Raja
merupakan kekuasaan eksekutif dan regulatif dalam Negara. Sistem Judikatif
bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah. Dan penerapan Syariah telah menjadikan
Saudi Arabia dengan karunia Allah sebagai negara yang aman karena minimnya
angka kriminalitas.[2]
Kerajaan Saudi Arabia
berdiri pada tahun 1920-an, tetapi proklamasi terhadapnagaranya dilakukan pada
tahun 1932 oleh raja Abdul Aziz ibn Abdul Rahman al Sa’ud. Jadi, pendiri
kerajaan ini adalah raja Abdul Aziz yang wafat pada tahun 1373 H atau 1953 M,
lalu digantikan oleh putranya yaitu raja
Raud ibn Abdul Aziz. Setelah itu, berturut-turut raja Saudi Arabia adalah raja
Faisal, raja Khaled, faja Fahd dan sekarang raja Abdullah ibn Abdul Aziz ibn
Sa’ud. Perdana menteri adalah Khadim al Haramain asy Syarifain (pelayan Dua
Kota Suci) raja Abdullah ibn Abdul Aziz ibn Sa’ud dan putra mahkota adalah
Pangeran Sultan bin Abdul Aziz al Sa’ud, Wakil Perdana Menteri dan Menteri
Pertahanan Penerbangan dan Inspektur Jendral.
Kerajaan Saudi Arabia memperingati
hari nasionalnya setiap tahun pada tanggal 23 September, sesuai dengan tanggal
didirikannya kerajaan tersebut oleh raja Abdul Aziz al Sa’ud. Kalender resminya
adalah kalender hijriyah, yakni berpedoman atas peristiwa hijrahnya Nabi
Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah yang bertepatan dengan 622 M.[3]
C. Sistem
Pendidikan di Arab Saudi
Sistem pendidikan di Arab Saudi memisahkan antara
laki-laki dan perempuan sesuai dengan syariat Islam, secara umum, sistem
pendidikan dibagi menjadi 3 bagian utama :
1.
Pendidikan
umum untuk laki-laki
2.
Pendidikan
umum untuk perempuan
3.
Pendidikan
Islam untuk laki-laki
Untuk pendidikan umum, baik laki-laki
dan perempuan mendapat kurikulum yang sama dan ujian tahunan yang sama pula.
Pendidika dibagi menjadi 4 bagian :
Pendidikan Dasar terdiri dari SD (6-12
tahun), Pendidikan Menengah (12-15 tahun), Pendidikan Sekunder (15-18 tahun)
dan Pendidikan Tinggi (Univesitas atau Akademi).
Pendidikan Islam tradisional bagi
laki-laki difokuskan untuk membentuk calon-calon anggota dewan ulama. Kurikulum
untuk sekolah Islam tradisional juga sebagian menggunakan kurikulum pendidikan
umum, tetapi fokusnya pada studi Islam dan Bahasa Arab.[4]
D. Kebijakan
Pendidikan di Arab Saudi
1.
Revolusi
Timur Tengah, Saudisasi dan Brain Drain
Pada saat badai revolusi
menghantam timur tengah, untuk meredam aksi demonstrasi di Arab Saudi, tunjangan
mahasiswa diusulkan naik menjadi 1000 SR/bulan. Namun Raja Abdullah memilih
kebijakan lain yang lebih luas manfaatnya untuk jangka panjang dan demi
pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Arab Saudi. Di bandingkan dengan
menaikkan tunjangan mahasiswa dari 900 SR menjadi 1000 SR per bulan, Raja
Abdullah lebih memilih mendidirikan universitas-universitas baru di seluruh
provinsi di Arab Saudi dan berusaha mencegah terjadinya brain drain.
Dengan mendirikan
universitas-universitas baru diseluruh wilayah Arab Saudi maka kesempatan untuk
menjadi mahasiswa pun semakin terbuka luas bagi para lulusan SMA. Lapangan
kerja untuk pengelola universitas pun terbuka lebar. Untuk mengisi
posisi-posisi sebagai dosen dan peneliti, Raja Abdullah pun memanggil pulang putra-putri
terbaik Arab Saudi yang tersebar luas di berbagai negara di Eropa dan Amerika.
Langkah ini dilakukan untuk
mencegah pelarian para intelektual muda Arab Saudi ke Eropa atau Amerika. Raja
Abdullah berharap, brain drain yang banyak terjadi di negara-negara seperti
Cina, Mesir, India dan Indonesia tidak terjadi di Arab Saudi. Karenanya langkah
reformasi bidang pendidikan dan pendirian universitas-universitas baru dan
lembaga riset bertaraf internasional adalah salah satu langkah strategis Raja
Abdullah untuk mencegah brain drain. Para intelektual muda Arab Saudi hasil
didikan luar negeri tersebut diberi posisi penting dan strategis untuk bersama
bahu membahu membangun Arab Saudi.
Selain mendirikan
universitas-universitas baru, pemerintah juga gencar menghidupkan kembali
program Saudisasi yang sempat tertunda. Program Saudisasi adalah program untuk
mengganti semua tenaga kerja asing profesional dengan orang Saudi. Untuk
mensukseskan program Saudisasi, kementrian pendidikan mewajibkan semua
universitas di Saudi untuk menyelenggarakan program persiapan studi selama 1
tahun (kalo di Indonesia semacam tingkap persiapan bersama nya di ITB dan IPB).
Dalam masa 1 tahun persiapan tersebut mata kuliah yang diajarkan di fokuskan
pada penguasaan Bahasa Inggris, Matematika dan Teknik Informatika. Keberhasilan
program Saudisasi tentu akan memperluas lapangan kerja bagi warga Saudi.
2.
Buah
Reformasi Pendidikan Raja Abdullah
Pada tahun 2005 tidak ada
satu pun universitas di Arab Saudi yang masuk dalam ranking universitas dunia.
Tapi ditahun 2011 ini, beberapa universitas terkemuka di Arab Saudi seperti
King Saud University, King Abdulaziz University, dan King Fahad University
sudah masuk dalam jajaran universitas elit dunia mengalahkan seluruh
universitas di Indonesia. KAUST, universitas yang belum lama didirikan oleh
Raja Abdullah juga sudah siap mensejajarkan diri dengan universitas-universitas
elit di dunia. Di lengkapi dengan berbagai fasilitas canggih dan modern, KAUST
siap menjadi universitas riset terbaik di dunia Islam. Hal ini tentu tidak
lepas dari langkah pembaharuan di bidang pendidikan oleh Raja Abdullah. Melalui
anggaran pendidikan yang kira-kira mencapai 27% dari total anggaran belanja
Arab Saudi, Raja Abdullah memberikan beasiswa kepada pemuda-pemudi terbaik Arab
Saudi untuk belajar ke luar negeri baik ke Barat maupun ke Timur. Amerika,
Inggris, Australia, Jepang dan Malaysia adalah negara-negara tujuan
pemuda-pemudi Saudi untuk menuntut ilmu.
Selain mengirimkan
mahasiswa, Raja Abdullah juga mengirimkan guru dan dosen ke Amerika untuk
belajar sains dan manajemen. Disamping program mengirimkan para pemuda dan
pengajarnya ke luar negeri, Raja Abdullah juga mengundang ilmuwan-ilmuwan dunia
untuk berkiprah dan berpartisipasi dalam membangun sumber daya manusia di
Arab Saudi. Lebih dari 15 ilmuwan peraih nobel dari berbagai bidang disiplin
ilmu telah didatangkan dan dikontrak secara khusus oleh universitas-universitas
di Arab Saudi untuk transfer ilmu pengetahuan. Selain itu program visiting
professor dan postdoctoral juga mampu mewarnai dan mengakselerasi kemajuan
dunia pendidikan di Arab Saudi. Professor-professor dari berbagai universitas
elit di dunia didatangkan untuk bersama-sama merubah potret buram SDM Arab
Saudi.
3.
Beasiswa
Pendidikan di Arab Saudi
Di
bawah kendali Raja Abdullah, dunia pendidikan di Arab Saudi mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Pemerintah Arab Saudi menggratiskan seluruh biaya pendidikan
dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Untuk sekolah-sekolah
khusus seperti sekolah penghafal Al-Qur’an pemerintah Arab Saudi memberikan
tunjangan yang bervariasi tergantung pada tingkatannya. Khusus untuk mahasiswa,
baik S1, S2 maupun S3 mereka mendapat tunjangan bulanan sebesar 900 SR.
Tunjangan ini tidak hanya diberikan kepada mahasiswa asli Saudi tapi juga
diberikan kepada seluruh mahasiswa asing yang kuliah di Arab Saudi. Jumlah
tunjangannya pun sama 900 SR/bulan seperti terlihat pada gambar di bawah, bukan
2000 SR/bulan.[5]
4.
Kebijakan urusan Pendidikan di Arab Saudi
Masalah
pendidikan di Arab Saudi ditangani oleh dua departemen, yaitu :
a.
Wizarah al
Ma’rifah al Tsaqofah (departemen
ilmu pengetahuan dan kebudayaan) yang menangani pendidikan dasar dan menengah,
baik umum maupun khusus.
b.
Wizarah al
Ta’lim al Aly (departemen
pengajaran tinggi) yang menangani lembaga pendidikan tinggi, baik di lingkungan
perguruan tinggi umum (PTU) maupun perguruan tinggi agama (PTA).[6]
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ada
dua hal yang menarik perhatian mengenai pendidik di Arab Saudi, sebuah negara
islam yang kaya sumber minyak dan selalu dikunjungi oleh jutaan umat Islam dari
seluruh penjuru dunia. Secara umum, harus siakui pendidikan di Saudi masih tertinggal dari banyak
negara-negara di dunia. Salah satu yang sangat relevan dibicarakan ialah
masalah masih tingginya tingkat iliterasi di negeri ini yaitu sekitar 37%.
Pendidikan
Islam tradisional bagi laki-laki difokuskan untuk membentuk calon-calon anggota
dewan ulama. Kurikulum untuk sekolah Islam tradisional juga sebagian menggunakan
kurikulum pendidikan umum, tetapi fokusnya pada studi islam dan bahasa Arab.
Untuk pendidikan agama, dilakukan di bawah supervisi dari universitas Islam
Imam Saud (Riyadh) dan Universitas Islam Madinah (Madinah). Namun demikian, di Universitas-universitas umum pelajaran agama
Islam merupakan mata kuliah wajib apapun jurusan yang diambil mahasiswa.
DAFTAR
PUSTAKA
Assegaf, Abd Rachman. Internasionalisasi Pendidikan: Sketsa
Perbandingan Pendidikan di Negara Islam dan Barat. Yogyakarta : Gema Media. 2003.
Hirai, Ken. Mengelola Pendidikan Belajar dari Arab. Dalam http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/06/mengelola-pendidikan-belajar-dari-arab-saudi-456706.html
diakses pada 26 Februari 2014.
Salma, Abu Khansa. Target Pendidikan Tinggi Pemerintah Arab Saudi. Dalam http://saudi-tauhid-sunnah.blogspot.com/2011/07/sistem-pemerintahan-saudi.html
diakses pada 26 Februari 2014.
Maunah,
Binti. Perbandingan Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Teras. 2011.
[1] Binti
Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Teras, 2011), hlm 197.
[3] Abd Rachman Assegaf, Internasionalisasi
Pendidikan: Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara Islam dan Barat,
(Yogyakarta : Gema Media, 2003), hlm. 68-69.
[4] Binti Maunah, Perbandingan Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Teras, 2011), hlm 198-199.
[5] http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/06/mengelola-pendidikan-belajar-dari-arab-saudi-456706.html
diakses pada 26 Februari 2014.
[6] Abd Rachman Assegaf, Internasionalisasi
Pendidikan: Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara Islam dan Barat,
(Yogyakarta : Gema Media, 2003), hlm. 72.
0 komentar:
Posting Komentar