Pembicaraan
mengenai pendidikan karakter, bukan lagi pembicaraan yang biasa dan kuno. Tetapi,
pembicaraan ini sedang hangat-hangatnya dibicarakan diberbagai kalangan. Mulai
dari masyarakat biasa, para guru ,mahasiswa, sampai kepada pejabat tinggi
negara yang lain pun ikut dalam pembicaraan ini. Karena memang seiring dengan
perkembangan zaman, apalagi era globalisasi yang ditandai dengan banyaknya
hal-hal yang serba canggih, serba baru, dan serba instan dan tidak biasa, mulai
dari pakaian,teknologi dan bangunan memberikan pengaruh yang jelas dalam
kehidupan. Semua orang akan merasakan betapa hebatnya teknologi zaman sekarang.
Para pekerja akan terasa lebih mudah dalam mengerjakan apapun dengan adanya
alat-alat yang serba canggih tersebut. Begitupun dengan para pelajar. Mereka
akan dengan mudah mendapatkan informasi dan pelajaran dari berbagai media yang
ada pada zaman sekarang. Apapun yang mereka inginkan dengan
mudah bisa terpenuhi, mulai dari yang positif hingga hal yang negatif.
Dengan
adanya kecanggihan tersebut, semua orang akan semakin tergiur. Inilah salah
satu dampak globalisasi yang menyerang semua kalangan.Orang akan melakukan apa
saja agar dapat ikut menikmati kecanggihan tersebut. Bahkan hal-hal yang berbau
kriminal sekalipun. Tidak peduli apakah itu akan membahayakan diri mereka
sendiri ataupun orang lain. Sepertinya globalisasi lebih banyak memberikan
pengaruh negatif ketimbang pengaruh
positif. Selain akan menimbulkan tindakan kriminalitas, orang juga akan semakin
terbiasa dengan hal-hal yang instan, cepat dan mudah di dapat.Seperti para
pelajar yang ketika mencari tugas hanya mengandalkan internet. Mereka tidak mau
menggunakan akal pikirannya. Mereka justru lebih bangga dengan hasil karya
orang lain dibandingkan dengan hasil dari otak mereka sendiri. Jika hal
tersebut terus dilakukan, maka tidak heran jika negara ini akan semakin
bergantung pada negara lain. Mereka yang memproduksi alat-alat tersebut, tetapi
kita yang justru menjadi konsumen yang paling dominan.
Di
era globalisasi ini, banyak orang yang menyepelekan, mengabaikan dan tidak
mempedulikan tentang pendidikan karakter. Karena mereka terlalu sibuk dengan
kemewahan dan kecanggihan yang ada di era globalisasi ini. Padahal seharusnya, seiring
dengan kemajuan dan perkembangan zaman, maka seharusnya pendidikan karakter
juga menjadi lebih diperhatikan. Mengingat banyaknya
godaan-godaan yang ada. Godaan-godaan bagi semua kalangan masyarakat yang akan
menghilangkan rasa kemanusiaan dan menimbulkan sikap rakus dan tamak. Pendidikan
karakter hendaknya juga lebih ditingkatkan lagi. Karena pendidikan karakter
sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang di masa sekarang dan yang akan
datang yang tercermin dalam ucapan dan perbuatannya.
Akhi-akhir
ini, sering sekali media massa baik cetak, seperti koran dan media elektronik
seperti televisi, internet dan radio yang menampilkan dan
mengabarkan tentang berbagai tindakan kriminalitas. Tindakan tersebut tidak
hanya dilakukan oleh para pelajar, bahkan juga dilakukan oleh orang yang
berpendidikan dan pejabat negara, seperti polisi. Tawuran
antarpelajar yang sepertinya sudah menjadi tradisi sejak zaman dahulu. Perkelahian
antarpolisi yang akhirnya berujung pada tindakan pembunuhan. Hal-hal tersebut
sering dikaitkan dengan pendidikan karakter. Apakah memang orang-orang yang
melakukan hal tersebut adalah orang yang tidak mendapat pendidikan karakter
yang baik sejak kecil?. Hal ini mungkin saja terjadi. Karena jika karakter yang
baik telah ditanamkan dan dipupuk sejak kecil, maka kelak akan menghasilkan
pribadi yang baik pula. Meskipun ke depannya banyak hal yang akan memberikan
pengaruh buruk. Namun sebaliknya, apabila karakter yang tidak baik telah
ditanamkan dan dipupuk sejak kecil kepada seorang anak atau memang tidak
mendapatkan pendidikan yang baik, maka tidak heran jika ke depannya akan
menjadi pribadi yang tidak baik pula. Terlebih lagi jika lingkungannya lebih
banyak memberikan dorongan ke arah negatif.
Lalu
siapa yang bertanggung jawab dalam hal pendidikan karakter pada seorang anak ?.
Siapa yang patut disalahkan jika ke depannya seorang anak lebih cenderung pada
hal-hal yang berbau negatif?. Mengenai siapa yang bertanggung jawab dan yang patut disalahkan, maka banyak pihak
yang terlibat dalam pendidikan karakter bagi seorang anak. Pihak-pihak
tersebutlah yang akan menentukan karakter seorang anak. Baik atau buruknya
tergantung pada mereka. Jika memang mereka mengajarkan sesuatu yang baik, maka
tentu hasilnya akan baik pula. Jika buruk, maka hasilnyapun akan buruk.
Pihak
yang pertama sekali adalah keluarga. Karakter seorang anak sangat dipengaruhi
oleh keluarga. Karena memang keluaga adalah orang pertama yang menjadi kiblat
seorang anak dalam bertindak. Baik atau buruknya tergantung pada mereka. Terutama
kepada kedua orang tua. Orang tua yang sangat berpengaruh dalam membentuk
karakter seorang anak. Dalam pendidikan, terutama pendidikan karakter orang tua
tidak hanya di tuntut untuk mengajarkan anak-anaknya pada hal-hal yang baik
melalui ucapan-ucapan ataupun nasihat. Orang tua juga harus mengajari
anak-anaknya melalui perbuatan dengan cara memulai hal-hal tersebut dari diri
mereka sendiri kemudian menjadikannya sebagai suatu kebiasaan. Karena memang, seorang
anak seharusnya dididik melalui dua hal tersebut, ucapan dan perbuatan. Apabila
hanya dilakukan melalui ucapan saja, mungkin memang tetap akan di dengar oleh
anak. Tetapi kecil sekali kemungkinannya akan dilakukan. Sebaliknya apabila
ucapan yang baik juga diiringi dengan perbuatan melalui contoh dari orang tua
terlebih dahulu, maka besar kemungkinan akan lebih mampu berpengaruh pada
karakter anak.
Pada
dasarnya, seorang anak lebih cenderung bersifat meniru. Tidak dibedakan antara
anak yang masih dalam tahap sekolah dasar, menengah, atas, bahkan mahasiswa sekalipun.
Jadi, tidak heran apabila sikap seorang guru juga akan berpengaruh pada
pembentukan karakter siswanya. Apabila seorang guru berpakaian tidak rapi saja
dihadapan siswanya, maka jangan menyalahkan siswa jika hari-hari berikutnya
mereka juga akan melakukan hal yang sama. Oleh karena itu, hendaknya guru juga
memberikan pelajaran yang baik kepada para siswanya. Tidak hanya melalui
ucapan-ucapan atau nasihat, tetapi juga hendaknya melalui perbuatan dengan
mengawali hal yang baik itu dari diri guru itu sendiri. Ucapan atau nasihat
walaupun setiap hari di katakan kepada siswa, hal tersebut tidak akan menjamin
untuk merubah mereka ka arah yang lebih baik. Bahkan hal tersebut hanya akan
menjadi sia-sia saja dan tidak memberikan pengaruh apa-apa dalam diri mereka. Inilah
yang menjadi alasan mengapa guru juga bertanggung jawab dan berpengaruh pada
karakter seorang anak.
Selain
orang tua dan guru, pihak lain yang juga bertanggung jawab dan berpengaruh pada
karakter seorang anak adalah lingkungan, terutama teman. Jika
seorang anak berteman dengan anak yang memiliki karakter yang baik, maka besar
kemungkinan anak tersebut juga
akan ikut memiliki karakter yang baik pula. Jika tidak, maka maka besar
kemungkinan juga akan berpengaruh pada diri mereka. Dengan demikian, hendaknya
seorang anak dibiasakan berteman dengan anak yang baik. Teman termasuk faktor
yang dominan dalam pembentukan karakter seorang anak. Karena dimanapun anak
lebih cenderung menghabiskan waktu untuk bermain bersama teman mereka.
Di
era globalisasi ini, banyak sekali oarang tua yang mengabaikan masalah
pendidikan karakter. Orang tua lebih sering memperhatikan dan disibukkan dengan
urusan pekerjaan mereka dibandingkan dengan anak. Orang tua, terlebih lagi ibu
harusnya lebih memperhatikan ank-anaknya. Tetapi kebanyakan seorang ibu yang
berprofesi sebagai wanita karier lebih sibuk dengan pekerjaan mereka. Pergi
bekerja pada pagi hari dan baru pulang pada sore hari bahkan ada yang sampai
pada malam hari. Jika keadaannya demikian, kapankah tersedia waktu untuk
mengajari seorang anak?. Kapankah waktu bagi seorang anak untuk bisa
mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya sendiri?. Orang tua lebih memilih
menyerahkan anaknya pada pembantu yang mereka miliki. Pembantu sepertinya
dianggap sebagai orang yang berkewajiban untuk mengasuh anak-anak mereka, dari
mereka kecil hingga dewasa. Padahal pembantu hanya bertugas untuk membantu, bukan
sepenuhnya untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah termasuk mengasuh anak-anak
mereka. Orang tua sepertinya berlepas tangan terhadap urusan rumah dan anak.
Selain
itu, fenomena yang tak kalah lazim dilihat pada zaman sekarang adalah fenomena
yang terjadi dikalangan guru. Guru pada saat sekarang ini sepertinya hanya
bertugas sesuai apa yang memang telah di amanahkan kepada mereka melalui
silabus. Mereka sepertinya hanya lebih menenkankan pada materi-materi
pelajaran. Jika siswanya telah paham mengenai materi- materi tersebut, berarti
tugas mereka telah selesai. Mereka mengabaikan bahkan tidak peduli sama sekali
pada pendidikan karakter siswa-siswanya. Padahal
guru juga ikut berperan dalam pendidikan karakter seorang anak. Melalui guru
juga karakter seorang anak akan terbentuk. Sebaiknya, seorang guru tidak hanya
fokus pada materi-materi palajaran, tetapi hendaknya juga mengimbangi materi
pelajaran tersebut dengan pendidikan mengenai sikap.
Anak
yang awalnya mempunyai karakter yang baik apabila berteman dengan anak yang
tidak baik, maka ia bisa ikut menjadi tidak baik. Walaupun ada anak yang tetap
baik jika berteman dengan anak yang tidak baik. Tetapi mungkin sangat
jarang sekali ditemukan. Anak lebih cenderung suka diperhatikan, terutama anak
remaja. Maka tidak heran jika banyak ditemui anak yang sering bertingkah aneh
di dalam kelas. Itu semua mereka lakukan agar lebih mendapat perhatian dari
teman-teman dan gurunya. Seandainya seorang anak tidak mendapat perhatian dari
orang tua, guru atau pihak lainnya, biasanya anak lebih cenderung mencari
perhatian dari pihak lain, seperti teman. Dan biasanya teman yang mereka
inginkan bukanlah teman yang akan membawa mereka ke arah yang positif, tetapi
justru sebaliknya ke arah yang negatif. Karena mereka menganggap di sanalah
mereka akan lebih mendapat perhatian. Dengan demikian, orang
tua dan guru sebaiknya memberikan perhatian yang lebih pada anak terutama anak
remaja.
Banyak
sekali pada zaman sekarang ini orang yang berpendidikan tinggi dan telah
memperoleh gelar yang tinggi pula. Tetapi jarang
sekali ditemukan orang yang berpendidikan tinggi diiringi dengan karakter yang
baik. Inilah
salah satu akibat yang ditimbulkan apabila seorang guru hanya lebih fokus pada
pelajaran dan mengabaikan masalah pendidikan karakter. Orang
yang berilmu tinggi tetapi tidak memiliki karakter yang baik, maka
orang tersebut akan menggunakan ilmu yang dimilikinya untuk hal-hal yang tidak
baik. Seperti
para petinggi negara yang sering menggunakan kekuasaan mereka sebagai sarana
untuk memperkaya diri sendiri, tanpa memikirkan akibat yang bisa ditimbulkan dari perbuatan mereka
tersebut. Apabila orang yang memiliki ilmu yang tinggi diiringi dengan
karakter baik yang telah tertanam di dalam diri mereka, maka
ilmu itu mereka gunakan tidak untuk
memperkaya diri sendiri. Justru digunakan untuk menyejahterakan semua pihak. Hal
inilah yang pada era globalisasi ini sulit untuk ditemukan. Orang
yang memang bersungguh-sungguh untuk
memperbaiki kehidupan.
Pendidikan
karakter memang sangat diperlukan dari zaman dahulu hingga zaman sekarang. Dengan
adanya globalisasi yang semakin merubah ke arah yang negatif, hendaknya
pendidikan terutama pendidikan karakter tidak dilupakan begitu saja. Justru
hendaknya sebaliknya. Semakin berkembangnya zaman, semakin kuat
pula usaha dalam menanamkan dan mendidik seorang anak kepada hal-hal yang baik. Agar
kedepannya jika dihadapkan pada hal-hal yang lebih cenderung bersifat negatif
lagi, mereka
akan lebih siap lagi untuk menghadapinya dan tidak akan terpengaruh dengan
hal-hal yang negatif tersebut. Untuk
itu, hendaknya semua pihak yang berpengaruh pada karakter seorang anak lebih
memperhatikan pendidikannya. Jangan hanya menyiapkan bekal berupa materi dan ilmu, tetapi
juga menyiapkan bekal yang sangat penting dalam kehiduan mereka yaitu karakter
yang baik. Karena karakter yang baiklah yang akan membawa seseorang pada
kesuksesan, baik di dunia maupun di akhirat.
0 komentar:
Posting Komentar