Ketulusan Pemimpin



Oleh karena sudah sekian lama memimpin perguruan tinggi, saya seringkali mendapatkan pertanyaan, bagaimana menggerakkan orang agar mereka  bersedia menunaikan tugasnya secara maksimal. Pertanyaan semacam  itu biasanya saya jawab secara spontan dan sekenanya. Saya katakan bahwa setiap orang  bersedia mengikuti pemimpinnya manakala mereka diperlakukan secara tulus dan diberi kemerdekaan untuk mengekpresikan pikiran, hati nurani, dan kemampuannya  masing-masing.

Memang ada orang-orang tertentu yang masih memerlukan petunjuk hingga  mendetail, tetapi ternyata tidak semua orang memerlukannya. Sebaliknya, ada juga orang  yang lebih suka diberi tanggung jawab penuh untuk menyelesaikan  pekerjaan. Bagi orang seperti itu yang terpenting adalah diberikan kepercayaan agar  tugasnya  bisa diselesaikan dengan hasil maksimal.

Akan tetapi sebenarnya semua orang  akan mau bekerja secara baik manakala dipimpin oleh orang yang tulus yaitu orang yang memiliki integritas yang tinggi dan yang bersangkutan tidak mencari keuntungan untuk dirinya sendiri. Pada umumnya, orang tidak mau dipaksa, terlalu diberi arahan, dan juga diawasi. Mereka ingin dipercaya dan diakui bahwa dirinya adalah orang baik, cepat mengerti,  dan sanggup menunaikan amanah.

Seseorang biasanya akan melakukan sesuatu sebagaimana identitas yang diberikan oleh lingkungan dan atau atasannya. Orang yang dipercaya, biasanya akan berusaha bekerja sebaik-baiknya untuk menyesuaikan diri dengan idenmtitas yang diberikan kepadanya. Sebaliknya, orang yang tidak dipercaya akan melakukan apa saja sebagaimana identitas yang diterima dari lingkungannya. Orang yang sudah tidak dipercaya tidak merasa perlu menjaga kepercayaan dari orang lain.

Berdasarkan pengalaman panjang mendapatkan amanah melakukan peran-peran kepemimpinan di lembaga pendidikan, sedikitnya ada lima hal yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin. Pertama, pemimpin itu harus tahu apa yang akan dikerjakan. Banyak orang yang berusaha menjadi pemimpin, tetapi ternyata mereka tidak tahu persis apa yang seharusnya dilakukan. Dalam bahasa sederhana, pemimpin harus memiliki visi dan misi yang jelas.

Kedua, pemimpin harus mengetahui  berbagai  jenis tugas dan  pekerjaan yang seharusnya ditunaikan oleh anak buahnya. Erat kaitannya dengan hal tersebut,  pemimpin harus tahu, di mana dan kapan pekerjaan itu dikerjakan.  Ketiga, pemimpin juga harus bisa membagi pekerjaan, sehingga semua pihak menjadi jelas siapa akan mengerjakan apa, dan bahkan apa yang akan dihasilkan. Pembagian pekerjaan harus tepat disesuaikan dengan ilmu, keahlian dan atau ketrampilan yang dimiliki oleh mereka yang dipimpinnya.

Keempat, seorang pemimpin harus mampu menyelesaikan tugas yang diamahkan kepadanya dengan biaya murah, diselesaikan  dengan cepat, tetapi hasilnya baik atau berkualitas tinggi. Biasanya pekerjaan yang dikerjakan dengan cepat dan biaya murah hasilnya kurang baik. Namun sebagai pemimpin yang baik akan bisa mengerjakan tugas itu dengan hasil baik, murah,  dan cepat.

Sedangkan kelima, pemimimpin harus cerdas atau berakal, akan tetapi sekali-kali tidak boleh mengakali anak buahnya. Siapapun  akan marah dan atau hatinya sakit manakala deiperlakukan secara tidak jujur. Di sini pemimpin harus memiliki ketulusan. Manakala ketulusan itu bisa ditunjukkan  kepada orang-orang yang dipimpinnya, maka akan terbangun semangat kerja, kebersamaan, dan usaha-usaha  untuk meraih prestasi maksimal.

Demikian pula, orang-orang yang dipimpin biasanya  tidak  mau dipaksa,  terlalu diatur, diawasi, dan apalagi dicurigai. Mereka harus diberi kebebasan dan atau keleluasaan untuk mengeskpresikan isi hati, pikiran dan kemampuannya. Setiap orang tidak mau dipaksa, dan atau  dibelenggu. Kebebasan dan keterbukaan yang diikuti oleh ketulusan pemimpin   akan membuahkan peningkatan kualitas kerja dan prestasi unggul. Wallahu a’lam.    


Imam Suprayogo

0 komentar:

Posting Komentar