Ramadhan dan Idul Fitri Membangun Kesalehan Individu dan Sosial




(Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1433 H, di Lapangan Rampal, Malang)


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ، 
اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ لاَ إلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللُهُ أكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
أللهُ أكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةُ وَأَصِيْلاً، لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ  وَاللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
الحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ باِللهِ مِنْ شَرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالتَابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إلى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ:

Kaum Muslimin dan Muslimat, Jama’ah Shalat Idul Fitri yang Berbahagia, 
Marilah dalam kesempatan yang berbahagia ini, kita secara bersama-sama mengungkapkan rasa syukur ke kehadirat Allah swt., yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Dengan karunia dan hidayah itu, kita menjadi orang yang beriman, berislam, dan selalu mengambil pilihan hidup yang terbaik atau ihsan. Shalawat dan salam semoga terlimpah pada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw., keluarga dan sahabatnya, kita semua dan siapa saja yang mencintai dan mengikutinya.

Sebulan penuh kita telah bertamu ke salah satu bulan yang mulia, yaitu bulan Ramadhan. Siapa saja yang berada di bulan itu, perilaku hidupnya diatur secara khusus, yaitu harus berpuasa di siang hari, memperbanyak dzikir, shalat tarawih dan witir di malam hari, tadarus dan tadabur al-Qur’an, iktikaf di masjid. Selain itu, pada bulan yang mulia ini, kita dianjurkan untuk banyak bershodaqoh, menyantuni anak yatim, dan orang miskin, serta melapangkan orang-orang yang mengalami kesulitan hidupnya.

Kaum Muslimin dan Muslimat yang Dirahmati oleh Allah,
Bulan Ramadhan, biasa disebut Syahrut Tarbiyah, yaitu bulan pendidikan bagi kaum yang beriman. Puasa diwajibkan terhadap orang-orang beriman. Sedemikian penting pendidikan ini, sehingga orang yang sudah beriman pun masih harus menjalani pendidikan. Pendidikan pada bulan Ramadhan dilakukan secara menyeluruh, yaitu pendidikan terhadap jasmani atau raga, pendidikan yang ditujukan terhadap akal pikiran, dan juga pendidikan terhadap hati. Maka kemudian disebut Tarbiyah Jasadiyah, Tarbiyah Fikriyah, dan Tarbiyah Qolbiyah. 

Bulan Ramadhan disebut sebagai Syahrut Tarbiyah Jasadiyah, oleh karena pada bulan itu, jasmani kita diatur, yaitu tidak boleh mengkonsumsi makanan pada sembarang waktu. Kita dibolehkan makan dan minum hanya pada malam hari. Pada siang hari, sekalipun tersedia makanan yang halal lagi baik, maka orang yang sedang berpuasa, dilatih untuk menahan diri, tidak mengkonsumsinya.

Sebagai Tarbiyah Fikriyah, pada bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak tadarus dan tadabur al-Qur’an dan kitab-kitab selainnya. Pada saat itu maka pikiran dan hati kita mendapatkan penjelasan, pengetahuan dan petunjuk dari al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab suci berisi tentang hal-hal terkait dengan kehidupan ini. Melalui al-Qur’an pikiran kita dibimbing untuk mengetahui bagaimana seharusnya hidup ini kita jalani sebaik-baiknya.

Selanjutnya bulan puasa disebut sebagai Tarbiyah Qolbiyah, maka pada bulan Ramadhan kita semua dianjurkan untuk memperbanyak shalat malam, berdzikir, dan bahkan juga i’tikaf di masjid, terutama pada sepuluh hari terakhir. Melalui ibadah puasa, maka hati kita dididik agar menjadi bersih, yaitu bersih dari penyakit dengki, hasud, takabbur, riya, kikir, dan lain-lain.

Kaum Muslimin dan Muslimat yang Berbahagia,
Melalui tarbiyah atau pendidikan itu, diharapkan agar kaum muslimin meraih derajat yang mulia, unggul melebihi yang lainnya. Dalam al-Qur’an disebut-sebut sebagai kaum pemenang, beruntung, berderajat tinggi, berbahagia di dunia dan juga bahagia di akhirat. Berislam bukan menjadi menderita, sengsara, tetapi sebaliknya. Yaitu menjadi manusia yang gagah, kokoh, dan perkasa. Manusia seperti digambarkan itu adalah manusia yang shaleh secara individu dan sekaligus shaleh secara sosial.

Manusia yang shaleh secara sempurna seperti itu digambarkan oleh Allah dalam surat Ibrahim ayat 24 dan 25  sebagai berikut:

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan izin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”

Melalui ayat al-Qur’an tersebut kehidupan seorang muslimin diumpamakan sebagai sebatang pohon yang baik. Pohon itu akarnya kokoh, batangnya kuat, memiliki dahan, ranting dan daun yang rindang. Pohon itu memberikan buah yang bisa dinikmati oleh siapapun. 

Perumpamaan tersebut menunjukkan bahwa seorang muslim selalu menampakkan figur yang baik, yaitu disebutkan kasyajarotin thoyyibatin, sebagaimana pohon yang baik. Hal itu bisa digambarkan bahwa seseorang dalam berpakaian, misalnya, selalu menutup aurat, pantas dan sopan.

Dengan pakaian itu, maka tatkala dilihat orang, orang yang melihatnya akan merasa senang oleh karena keindahannya. Tatkala bertutur kata, maka seorang muslim akan menggunakan kata yang sopan, lembut, dan enak didengar. Kalimat-kalimat yang terdengar dari seorang muslim tidak akan menyakiti hati orang lain. Demikian pula perbuatannya, selalu memberi manfaat bagi orang lain.

Sebagai pohon yang kuat, dikatakan dalam ayat tersebut ashluha tsabitun, yaitu akarnya menghujam ke bumi. Sehingga dengan demikian maka pohon itu berdiri tegak dan kokoh. Sekalipun terdapat angin yang menghempas sedemikian kuat, pohon itu tidak akan tumbang. Demikian pula sebagai seorang muslim. Mereka memiliki keyakinan yang kokoh. Tauhid diyakini secara kokoh. Kalimat la ilaaha illallah muhammadurrasulullah telah merasuk pada sanubarinya. Sumpah setia yang sehari-hari diucapkan pada waktu shalat, yaitu inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil alamin atau sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah semata. Kalimat itu dipegangi dengan sungguh-sungguh secara konsisten, persis sebagaimana akar pohon besar yang menghujam ke tanah tersebut.

Sorang mukmin tidak akan mudah terobang-ambing oleh pandangan dan pikiran yang tidak jelas sumber dan asal muasalnya. Mereka telah memiliki keyakinan yang kokoh, oleh karena selalu berpegang pada al-Qur’an, yakni kitab suci yang datang langsung dari Allah swt. dan juga hadits Nabi. Sedemikian mereka mencintai Rasulnya. Apa saja yang diucapkan, dilakukan dan juga menjadi kebiasaan Nabi berusaha dijadikan pedoman hidupnya. Mereka ingin disebut sebagai pecinta Allah dan Rasul-Nya, dan menjadi seorang yang selalu berbuat baik, beramar makruf, dan nahi mungkar. 
  
Selanjutnya pada ayat tersebut juga dikatakan wa faruha fis sama’. Cabangnya menjulang tinggi ke langit. Artinya sebagai seorang muslim maka kehadirannya ingin meraih sesuatu yang tinggi, mulia, dan unggul. Semua itu agar memberi sesuatu yang baik terhadap makhluk lainnya. Kaum muslimin dengan kelebihannya, yaitu saleh secara individu dan sekaligus saleh secara sosial, memberikan keteduhan dan melindungi bagi lainnya. Mereka yang memiliki kelebihan ilmunya bisa memberikan ilmunya, mereka yang memiliki kekayaan bisa menolong orang lain dengan kekayaannya, dan mereka yang memiliki kekuasaan maka selalu berusaha berbuat adil dan mensejahterakan bagi semuanya. Mereka akan gemar memberi, bersedekah, berzakat, infaq, membela yang lemah dan tertindas.

Pohon itu dikatakan lewat ayat al-Qur’an ialah tu’thi ukulaha kulla hiinin bi idzni rabbi. Yaitu memberi buah pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Artinya kehadiran orang-orang muslim hendaknya memberi manfaat bagi kehidupan lainnya. Oleh karena itu disebutkan dalam sebuah hadits Nabi, bahwa sebaik-baik manusia adalah manusia yang memberi manfaat bagi manusia lainnya. Manusia memang dianjurkan untuk berkompetisi, tetapi kompetisi itu terbatas pada kebaikan, bukan kompetisi yang mencelakakan. Disebutkan dalam al-Qur’an fastabiqul khoiraat, yakni berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Kaum Muslimin dan Muslimat yang Berbahagia,
Untuk membangun manusia sebagaimana digambarkan sebagai sesuatu yang indah tersebut, maka Islam, melalui al-Qur’an memberikan lima ajaran yang seharusnya ditunaikan oleh umatnya. Kelima ajaran itu adalah, sebagai berikut.

Pertama, Islam memberi tuntunan  agar umatnya kaya ilmu pengetahuan. Ayat pertama kali yang diturunkan oleh Allah adalah perintah membaca. Iqra’ bismi Rabbikal ladzi kholaq. Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Maha Pencipta. Membaca dan mencipta disebut pada ayat pertama kali turun. Sehingga betapa pentingnya dua kata itu dalam kehidupan ini. Keberhasilan hidup sebenarnya kuncinya adalah dua kata itu, kemampuan membaca dan mencipta.

Orang yang pintar membaca kehidupan ekonomi dan menciptakan peluang-peluang di bidang itu, maka mereka akan sukses hidupnya. Mereka yang pintar membaca kehidupan politik dan menciptakan tatananan sosial yang tepat, maka mereka akan menguasai kehidupan politik. Orang yang pintar membaca kekuataan dan strategi lawan atau pesaing, maka mereka akan memenangkan kompetisi atau persaingan yang sedang dijalani. Bahkan seseorang seharusnya mampu membaca berbagai lapangan kehidupan, termasuk membaca tanda-tanda zaman. Namun ternyata, peringatan al-Qur’an seperti itu, kurang mendapatkan perhatian, termasuk oleh kaum muslimin sendiri. Akibatnya, ilmu pengetahuan di kalangan umat Islam belum maju, dan bahkan dalam banyak hal masih mengalami ketertinggalan.

Kedua, Islam mengajarkan manusia agar memiliki keunggulan. Beberapa keunggulan dimaksud adalah (1) unggul dalam konsep kehidupan, yaitu bahwa Islam mengajarkan tentang asal muasal kehidupan ini, apa yang harus dikerjakan dalam menjalani hidup dan akan ke mana setelahnya. Pertanyaan seperti ini seperti mudah, akan tetapi ternyata tidak semua orang mengetahuinya. Pertanyaan itu mengantar seseorang untuk mengenal dirinya dan juga Tuhannya. Tauhid diajarkan oleh Islam. (2) manusia unggul adalah mereka yang bisa dipercaya, atau memiliki trust. Sedemikian penting seseorang menjadi bisa dipercaya, Muhammad sebelum diangkat sebagai Rasul telah dikaruniai sifat dapat dipercaya, hingga diberi gelar Al-Amin. Bangsa kita sekarang ini sedang mengalami krisis orang-orang yang bisa dipercaya. (3) orang yang memiliki keunggulan adalah berani untuk melakukan tazkiyatun nafsi, yaitu mensucikan diri. Seorang unggul adalah orang yang senantiasa menjaga hatinya dari berbagai penyakit, seperti sifat dengki, tamak, ujub, takabur, riya dan sejenisnya. Mereka selalu menghiasi dirinya dengan sifat sabar, syukur, ikhlas, istiqomah, dan tawakal. Selain itu, juga mensucikan pikiran dan sekaligus juga jasmaninya. Seorang disebut unggul manakala tidak berpikir yang menyesatkan dan merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Selain itu, juga selalu menjaga makanan dan pakaian, tempat tinggal dari hal-hal yang tidak halal. Sedangkan ciri selanjutnya adalah hendaknya  selalu berpikir dan berbuat di luar batas-batas kepentingan dirinya, khoirun nas anfauhum linnas.

Ketiga, Islam mengajarkan tentang keadilan. Sedemikian penting keadilan ini mendapatkan perhatian terhadap keadilan ini. Islam menganjurkan agar terhadap musuh pun harus berlaku adil. Keadilan menurut Islam adalah asasi, yang harus ditunaikan kepada siapapun. Nabi Muhammad datang ke masyarakat Quraisy dan kemudian membangun masyarakat di Madinah selalu memperhatikan terhadap keadilan kepada siapapun. Keadilan menurut ajaran Islam adalah kunci dalam membangun kedamaian pada tingkat apapun. Oleh karena itu, keadilan harus ditegakkan dan tidak boleh ditawar sedikitpun. Bahkan untuk mewujudkan keadilan itu, Nabi pernah mengingatkan tentang sesuatu yang sangat mengerikan, yaitu andaikan Fatimah binti Muhammad mencuri, maka akan aku potong sendiri tangannya.

Ajaran selanjutnya, yaitu keempat, adalah memberikan tuntunan tentang pelaksanaan ritual untuk membangun spiritual. Ritual dalam Islam, ditinjau dari satuan waktu, sedemikian sempurna. Pada satuan menit, artinya pada setiap saat, kaum muslimin dianjurkan agar selalu berdzikir atau ingat Allah. Satuan yang lebih besar, ialah hari, selama dua puluh empat jam, kaum muslimin diwajibkan untuk shalat lima waktu, seminggu sekali, khusus kaum laki-laki,  diwajibkan shalat jum’at, selanjutnya terdapat dua belas bulan, maka diambil satu bulan untuk menjalankan puasa di bulan Ramadhan, setahun sekali diwajibkan untuk mengeluarkan zakat, dan sekali dalam seumur hidup diwajibkan berhaji bagi mereka yang mampu. 

Kegiatan ritual dalam Islam menjadi media komunikasi secara langsung antara manusia  dan Tuhan. Pedoman dan tata caranya diberikan langsung oleh Nabi sendiri. Namun seringkali dalam pelaksanaannya terjadi interpretasi yang kadang mengakibatkan perbedaan dan kemudian tidak mustahil melahirkan perpecahan umat. Ritual dalam Islam dimaknai ibadah.  Sementara orang menyebutnya sebagai ibadah mahdhah. Sebagai ibadah mahdhah tidak boleh sedikit pun berbeda dari apa yang dilakukan oleh Nabi. Padahal sebenarnya, menurut berbagai riwayat, sejak zaman Nabi pun perbedaan itu sudah terjadi. Namun tatkala terdapat perbedaan dalam kegiatan ritual, Nabi selalu memilih cara yang arif, agar umat tidak berpecah belah. Perbedaan itu hingga kini masih selalu muncul, termasuk di Indonesia, yang sebenarnya melahirkan kerugian yang tidak bisa dihindari.

Ajaran mulia lainnya adalah amal saleh. Amal artinya adalah bekerja, sedangkan saleh artinya adalah benar, tepat, dan lurus. Oleh karena itu, sebenarnya amal saleh artinya adalah bekerja secara profesional. Nabi menghendaki agar umat Islam menyukai bekerja dan lebih-lebih pekerjaan itu seharusnya dikerjakan secara profesional. Nabi Muhammad pernah mengingatkan bahwa manakala pekerjaan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.

Kaum Muslimin dan Muslimat yang Dirahmati oleh Allah,
Manakala ke lima ajaran yang bersumber dari al-Qur’an tersebut berhasil dijalankan oleh umat Islam, yaitu umat Islam menjadi (1) kaya ilmu, (2) unggul atau berkualitas, (3) berada pada tatanan sosial yang adil, (4) menjalankan ritual dengan khusuk dan (5) selalu bekerja secara profesional, maka umat Islam akan selalu memperoleh kemenangan dan keunggulan. Namun sayangnya, kelima ajaran itu belum berhasil ditangkap sepenuhnya.

Selama ini, umat Islam, rasa-rasanya baru berada pada fase mengembangkan ritual. Sebagai buktinya, baru ramai tatkala datang bulan puasa, bulan haji, dan dzikir akbar. Sementara umat Islam belum peduli pada pengembangan lembaga pendidikan yang berkualitas, pembangunan pusat-pusat riset sebagai upaya mendapatkan ilmu baru belum terpikirkan, tatanan sosial yang adil dan bahkan juga keharusan bekerja secara profesional, ternyata juga belum mendapatkan perhatian sepenuhnya. Lembaga pendidikan Islam sekalipun jumlahnya sudah banyak, tetapi masih terbatas yang memperhatikan kualitasnya.

Padahal, manakala semua itu mendapatkan perhatian yang cukup, kaum muslimin telah berhasil meraih saleh individu dan sosial, maka insya Allah Islam akan benar-benar dapat dirasakan menjadi ajaran yang mengantarkan umatnya meraih kemenangan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun  di akhirat.        

Ke depan umat Islam harus berani melakukan perubahan cara berpikir untuk memahami Islam secara utuh dan menyeluruh. Hanya dengan cara itu, maka umat Islam akan bangkit dan benar-benar menjadi umat pilihan. Dan dengan cara itu pula, maka kesalehan individu dan kesalahan sosial sebagai  umat yang terbaik akan berhasil diraih.

Hadirin yang Berbahagia,
Untuk menutup khutbah ini, marilah kita bersama-sama berdoa, memohon kepada Allah swt., agar kita semua dan umat Islam pada umumnya mampu menjalankan tuntunan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. secara sempurna.

Allahuma ya Allah, jadikan kami sebagai umat terbaik, umat teladan, umat yang selalu patuh dan taat kepada-Mu, umat yang  mampu melakukan amar makruf nahi mungkar atas dasar petunjuk-Mu. Ya Allah jadikan kami sebagai pengikut Nabi-Mu yang terbaik, jauhkan kami dari sifat-sifat sombong, takabur, saling dengki, hasud, dan permusuhan. Hiasi ya Allah hati kami, dengan sifat-sifat sabar, ikhlas, pandai bersyukur, tawakal dan istiqomah.

Ya Allah ampunilah dosa kami, dosa orang tua kami, dosa keluarga kami, dosa guru-guru kami, para pemimpin kami, tunjukkanlah kami semua ini ke jalan yang benar, yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat dan bukan jalan orang-orang yang telah Engkau murkai dan sesat. Ya Allah, jauhkan kami dari berbuat salah dan dosa, ampunilah kami atas segala dosa yang telah kami lakukan.

 رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فيِ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ، وَ الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
 اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إلَهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَ لِلهِ الحَمْدُ
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته


Imam Suprayogo

0 komentar:

Posting Komentar