Sementara orang masih menganggap sepele terhadap kejujuran.
Padahal jujur adalah sangat penting untuk dijaga. Kejujuran merupakan kunci
sukses, dasar seseorang dihormati, diangap berwibawa, dan semacamnya. Berbagai
jenis usaha akan berhasil atau sukses manakala dilakukan dengan penuh
kejujuran. Sebaliknya, kegagalan dan bahkan kehancuran selalu dimulai dari
ketidakadanya kejujuran.
Bahkan menurut sejarah kemanusiaan, bangsa-bangsa hancur
atau musnah bukan disebabkan oleh politik, ekonomi, hukum atau lainnya,
melainkan oleh karena para pemimpin dan rakyatnya tidak jujur. Kaum Ad dan Tsamud menjadi hilang dalam pentas sejarah
oleh karena mereka tidak mampu memelihara kejujurannya.
Contoh tentang bahaya atau kehancuran yang disebabkan dari
ketidakjujuran juga dengan mudah dapat diperoleh di sekitar kehidupan kita ini.
Banyak pasangan suami isteri menjadi bercerai oleh karena saling tidak jujur.
Perusahaan yang semula maju tetapi akhirnya menjadi bangkrut oleh karena pimpinan
dan stafnya tidak jujur. Restoran yang semula sangat banyak dikunjungi pelanggan,
namun mendadak sepi karena manajemennya melakukan kebohongan.
Kasus kebangkutan juga menimpa lembaga modern. Perguruan
tinggi yang semula diminati oleh masyarakat, hingga menolak-nolak calon
mahasiswa, ternyata ditinggal bubar oleh mahasiswanya oleh karena dikabarkan,
kampus tersebut mengeluarkan ijazah palsu. Nasib yang sama juga dialami oleh
berbagai organisasi, badan usaha, termasuk lembaga keungan seperti perbankan.
Ketidak jujuran merupakan salah satu kekuatan dahsyat yang bisa membunuh
dirinya sendiri.
Oleh karena itu, semestinya kejujuran harus ditanamkan sejak
dini. Lembaga pendidikan apapun
tingkatannya harus menjaga agar para peserta didiknya menjadi terbiasa atau
berbudaya jujur. Siapapun di lembaga pendidikan yang melakukan kegiatan dengan
tidak jujur, maka harus dihukum dan
tidak boleh ditoleransi. Kejujuran harus ditanamkan sejak dini dan apalagi di
lembaga pendidikan.
Kegiatan apa saja yang dilakukan dengan tidak jujur harus
dihindari. Bahkan, meninggalkan sesuatu
kegiatan yang menguntungkan, tetapi memproduksi orang-orang berperilaku tidak
jujur, adalah lebih utama. Pendidikan tentang kejujuran harus diutamakan dari
yang lain, apapun bentuknya. Sebab, kunci keberhasilan hidup di masa depan
adalah terletak pada kejujuran itu.
Bangsa Indonesia menjadi sulit maju seperti sekarang ini,
----------banyak korupsi, manipulasi, dan seterusnya, adalah oleh karena banyak pemimpin yang tidak jujur.
Selama ini ujian nasional dianggap penting, dan memang
sangat penting. Akan tetapi, manakala dari pelaksanaan itu ditengarahi melahirkan sikap-sikap tidak
jujur, baik dari kalangan guru, kepala sekolah, pejabat yang mengurus pendidikan, dan seterusnya, maka lebih baik ditiadakan.
Membangun kejujuran lebih penting dari sekedar ujian nasional. Di dalam
dunia pendidikan tidak boleh terdapat
sedikitpun kabar tentang ketidak jujuran. Pendidikan harus bersih dari suasana
kebohongan, kepalsuan, kepura-puraan,
dan ketidak jujuran.
Pada saat sekarang ini, dirasakan betapa sulitnya memberantas korupsi di negeri ini, sebenarnya adalah berawal
dari anggapan bahwa ketidak-jujuran bukan menjadi sesuatu yang buruk, jelek atau aib. Pandangan
seperti itu lahir, oleh karena anak-anak sejak kecil belum dibiasakan
berperilaku jujur. Contoh-contoh perilaku tidak jujur di lingkungan mereka
sedemikian banyak. Lagi pula, sejak di sekolah, anak-anak terbiasa melakukan
kegiatan dengan tidak-jujur, misalnya dalam
mengerjakan soal ujian, pekerjaan rumah, dan semacamnya.
Oleh karena itu, seharusnya para siswa harus dilatih,
dibiasakan, dan diberi contoh sehari-hari tentang kejujuran. Pelaksanaan ujian
nasional dengan melibatkan polisi untuk mengawasi soal ujian, meminta pengawas
dari perguruan tinggi, dan seterusnya, -------disadari atau tidak, adalah
merupakan contoh pendidikan yang mengabaikan betapa pentingnya kejujuran. Kebijakan
itu akan memperlihatkan kepada para siswa bahwa, selama ini kepala sekolah,
para guru-gurunya, dan pegawai sekolah, adalah orang yang tidak bisa dipercaya
oleh pemerintah. Pandangan seperti itu
merupakan catatan buruk yang selalu melekat pada diri siswa.
Membangun jiwa atau sikap jujur seharusnya lewat orang-orang
yang bisa dipercaya. Oleh karena itu, memberikan kesan bahwa para kepala
sekolah, guru, dan pihak lainnya adalah sebagai orang-orang yang tidak
terpercaya adalah merupakan kebijakan yang salah. Apalagi, secara psikologis,
seseorang tatkala dianggap jujur, maka akan menjaga citra dirinya itu.
Sebaliknya, tatkala seseorang sudah dianggap tidak jujur, maka akan melakukan
sebagaimana anggapan yang diberikan.
Jika demikian halnya, maka institusi pendidikan akan menjadi kehilangan misi
pokoknya yang amat penting, yaitu membangun kejujuran. Tentu, hal itu harus
dihindari. Wallahu a’lam.
Imam Suprayogo
0 komentar:
Posting Komentar