Konsep ulul al baab dijadikan
pilihan untuk menggambarkan sarjana yang ingin dihasilkan oleh
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Konsep itu diambil dari
kitab suci al Qur’an. Tidak kurang dari 16 ayat dalam al Qur’an yang menyebut
kata ulul al baab. Satu di antaranya adalah pada surat Ali Imran ayat
191. Pada ayat itu disebutkan bahwa ulul al baab adalah orang yang selalu
berdzikir atau ingat Allah pada setiap waktu, orang-orang yang selalu
memikirkan penciptaan langit dan bumi, dan orang-orang yangkin bahwa semua yang
diciptakan oleh Allah tidak ada yang sia-sia.
Maka sarjana yang menyandang sebutan
ulul al baab dalam setiap gerak hidupnya diharapkan tidak pernah lepas dari
mengingat Allah. Sejak bangun di pagi hari, bekerja, belajar, istirahat,
dan melakukan apa saja, hingga istirahat dan tidur kembali, selalu
mendasarkan pada kesadaran teologis, yaitu mengingat Tuhan. Kesadarannya
tidak pernah terputus dengan keberadaan Allah yang menciptakannya,
memelihara, melindungi, memberikan kekuatan, dan mengasihinya. Tuhan selalu
berada pada alam kesadarannya. Itulah makna dzikrullah pada seorang yang
menyandang identitas sebagai ulul al baab itu.
Selanjutnya, sarjana ulul al baab
selalu berpikir tentang penciptaan langit dan bumi serta menyadari
sepenuhnya bahwa semua ciptaan Allah di muka bumi ini sebenarnya tidak ada yang
sia-sia. Manusia sebagai makhluk tertinggi dibanding dengan makhluk lainnya,
memiliki kekuatan nalar untuk memahami ciptaan Allah. Itulah selanjutnya,
manusia disebut sebagai makhluk yang berilmu. Kelebihan berupa ilmu pengetahuan
itulah akhirnya menjadi dasar manusia disebut sebagai makhluk tertinggi
dibanding dengan semua makhluk lainnya.
Ilmu pengetahuan itu sedemikian
luas, terbentang, dan bebas digali oleh manusiua sendiri. Manusia boleh
mengetahui rahasia Allah dan kemudian memanfaatkannya untuk keperluan
kehidupannya. Hanya satu yang tidak mungkin diketahui oleh karena tidak
adanya kemampuan yang cukup, yaitu mengetahui tentang Dzat Allah
sendiri. Rahasia Allah berupa hukum-hukum alam, sosial, dan humaniora,
melalui upaya yang saksama dan mendalam ternyata berhasil diketahui
oleh manusia.
Pengetahuan itu selanjutnya
dimanfaatkan lewat pengembangan teknologi hingga akhirnya mempermudah kehidupan
manusia. Kita rasakan pada saat ini, tempat yang berjauhan tidak menjadi
halangan untuk berkomunikasi, oleh karena telah berhasil diciptakan alat
komunikasi dan tranportasi modern. Berbagai penyakit telah ditaklukkan dan atau
diatasi oleh karena ditemukan ilmu dan teknologi tentang kesehatan. Berbagai
peralatan yang diperlukan berhasil ditemukan yang semua itu untuk mempermudah
kehidupan manusia.
Manusia ulul al baab tidak boleh
berhenti berpikir dan berbuat. Alam yang semula dianggap mengganggu dan bahkan
menghalangi, maka kemudian diubah dan akhirnya justru menjadi sesuatu
yang memudahkan dalam menjalani hidupnya. Manusia dan atau khususnya
sarjana ulul al baab tidak boleh menyerah pada alam. Alam dan sosial harus
dipahami, dikuasai, dan selanjutnya ditaklukkan untuk kepentingan hidup
secara bersama-sama.
Sebagai contoh sederhana, seorang
sarjana ulul al baab yang berada di wilayah yang gersang lagi tandus, maka
pikirannya harus selalu digerakkan untuk mencari tahu, bagaimana keadaan
seperti itu diubah menjadi subur dan makmur. Pengetahuannya terhadap
kitab suci, bahwa sumber kehidupan itu adalah air, maka sarjana ulul al baab
seharusnya berpikir, untuk menghadirkan air di tempat itu. Rekayasa
dan teknologi pengairan pun diciptakan.
Air di suatu tempat yang semula
selalu menjadi sumber musibah atau petaka, yaitu tatkala di musim
penghujan selalu menjadi sebab banjir dan di musim kemarau selalu kekurangan
air, maka keadaan itu harus berhasil diubah oleh sarjana yang beridentitas ulul
al baab. Semua yang dilakukan itu tidak semata-mata untuk mendapatkan
keuntungan pribadi, melainkan adalah sebagai upaya memudahkan orang lain dan
sebagai bagian dari ibadah serta dzikir kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Itulah
rangkaian antara dzikir, pikir dan kerja profesional selalu mewarnai kehidupan
mereka sehari-hari.
Sarjana ulul al baab adalah sosok
manusia yang senantiasa berusaha meraih kehidupan yang sempurna untuk
memperoleh ridha Allah swt. Kampus ulul al baab harus dijadikan wahana berlatih
untuk membangun dan mengobarkan jiwa tauhid, semangat memperkaya ilmu
pengetahuan, meningkatkan kualitas diri secara terus menerus, berpihak pada
kebenaran dan keadilan, memupuk kegiatan ritual untuk membanguin spiritual dan
selalu bekerja terbaik, profesional atau beramal shaleh. Gambaran seperti
itulah yang disebut manusia atau sarjana ulul al baab yang ingin
dikembangkan melalui kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Wallahu
a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar