Kesabaran dalam Berdakwah



Kehidupan atas dasar Islam itu sedsemikian indah. Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad,  manakala dijalankan dengan sungguh-sunggih tidak saja akan membawa kebahagiaan  bagi  yang menjalankannya, tetapi juga terhadap  kehidupan masyarakat pada umumnya. Namun demikian, tidak mudah menyampaikan ajaran Islam yang indah itu.

Islam memperkenalkan tentang kehidupan di dunia ini, baik menyangkut tentang siapa sesungguhnya manusia  itu, berasal dari mana, harus berbuat apa, dan akan ke mana setelah kehidupan ini berakhir.  Islam juga mengajarkan agar seseorang berbuat baik kepada  orang tua, saudara, teman, tetangga dan orang lain pada umumnya. Salain itu,  agama yang dibawa oleh rasulullah juga mengajarkan tentang bagaimana  seharusnya bersikap terhadap ilmu pengetahuan, keadilan, menjalankan ritual,  dan seharusnya bekerja secara profesional.

Ajaran yang sedemikian  sempurna itu tidak mudah diterima oleh karena sebelum  datang ajaran Islam,  setiap orang  telah memiliki jalan hidup atau kepercayaan yang diyakininya. Bagi orang yang baru mengenalnya, Islam dianggap sebagai ajaran baru yang tidak jelas dan akan mengganggu keyakinan sebelumnya  yang sudah menjadi pegangan hidupnya. Gambaran  seperti itulah yang menyebabkan memperkenalkan agama, -------agama apapun,  tidak mudah.

Terhadap betapa sulitnya menyampaikan Islam, saya pernah mendapatkan kisah yang  cukup menarik. Kisah itu sendiri sebenarnya terjadi sudah cukup lama. Akan  tetapi, oleh karena kejadian itu memberi kesan mendalam, maka tidak mudah dilupakan, tidak saja oleh pelakunya sendiri, tetapi juga oleh masyarakat yang pernah mendengarkannya.   Islam di daerah  terjadinya kisah  dimaksud  memang benar-benar  masih asing.  Dengan demikian, para  da’i sangat sulit mengenalkan Islam. Cara apapun dilakukan, termasuk lewat pernikahan.

Dalam kisah yang benar-benar terjadi ini,  seorang mubaligh untuk memperkenalkan Islam,  menempuh cara yang dianggap strategis, yaitu ingin menikahklan anak laki-lakinya dengan perempuan tokoh desa yang bersangkutan. Dengan berbagai upaya, niatnya itu  terlaksana. Seorang tokoh yang dianggap berpengaruh dan sulit diajak memeluk Islam berhasil diajadikan besannya.

Semula,  dengan hubungan perbesanan itu, dibayangkan Islam akan segera dikenal dan dipeluknya. Tetapi, ternyata tidak. Bahkan, sekalipun  sudah berhasil mempunya beberapa  cucu, menantunya  tidak pernah disapa oleh karena bergama Islam itu. Tokoh ini, dalam kisah tersebut, belum beragama.  Ia hanya sekedar menganut aliran kepercayaan. Namun sangat sulit diajak untuk mengenali Islam. Bahkan,  Islam dianggap sebagai ajaran yang akan membuat repot  kehidupannya.

Dalam kisah itu, tokoh aliran kepercayaan itu ternyata jatuh sakit hingga beberapa bulan. Sebagaimana biasa orang desa pada zaman itu, belum mengenal berobat ke rumah sakit. Ia hanya dirawat di rumahnya sendiri  dengan diberi jamu ala kadarnya. Itulah kebiasaan orang desa. Oleh karena sakitnya terlalu lama, ia  merasa jenuh bertempat tinggal di  tempat tidurnya, dan ingin berpindah ke tempat lain.

Anehnya, tidak ada seorang pun yang mampu memindahkannya ke tempat lain, oleh karena manakala badannya disentuh, ia  merasa sakit hingga tidak tahan. Dalam kesempatan itulah, menantu yang selamanya dibenci datang, menawarkan jasanya  untuk memindahkannya. Semuala tawaran itu ditolak, tetapi kemudian setelah dibujuk berhasil diterimanya. Ternyata betul, menantunya mampu memindahkan sendirian. Keanehan lain, tangan menantunya dirasakan dingin, tidak sebagaimana tangan anak-anaknya sendiri yang sebelumnya gagal memindahkannya.

Perasaan  aneh itulah  mendorong dia ingin  tahu, kemudian bertanya ilmu apa yang digunakan hingga tangannya itu  terasa dingin. Menantunya menjawab  bahwa  ilmu yang dimilikinya itu adalah  Islam. Oleh karena telah dirasakan  betul manfaatnya, hatinya  tergerak untuk meminta diajari agama yang dibawa oleh Rasulullah, Muhammad saw. Maka diajarilah tokoh desa berpengaruh tersebut untuk mengucapkan dua kalimah syahadat.

Menurut cerita, setelah membaca dua kalimah syahadat,  beberapa saat kemudian ternyata orang tersebut meninggal dunia.  Ia memeluk Islam hanya sampai mengucapkan dua kalimah syahadat. Ia ber-Islam belum sampai mengenal shalat, zakat, puasa, haji, apalagi masuk organisasi Muhammadiyah, NU,  atau mengikuti aliran Sunni, Syi’ah,  atau juga lainnya.  Tapi insya Allah orang dalam kisah itu khusnul khotimah.  Kesimpulan selanjutnya, bahwa  berdakwah memang bukan pekerjaan mudah,  dan oleh karena itu harus dijalankan  dengan  sabar. Wallahu a’lam.  

  
Imam Suprayogo

0 komentar:

Posting Komentar