Membicarakan pendidikan tanpa
mengaitkan dengan kehidupan masa depan adalah bagaikan kerjanya orang mimpi.
Mereka seolah-olah hidup, padahal yang sebenarnya adalah sedang tidur.
Pendidikan tidak seperti itu. Kerja pendidikan harus terarah, nyata, dan benar-benar
mempersiapkan generasi yang akan hidup di masa depan.
Pendidikan tidak boleh hanya sebatas
menunaikan tugas yakni menyampaikan seperangkat pelajaran kepada para
siswanya. Memang di dalam pendidikan terdapat pelajaran. Para siswa diajar
sesuatu, tetapi sesuatu yang dimaksudkan itu harus memiliki makna bagi
kehidupan anak-anak di masa depan.
Pelajaran yang diberikan kepada para
siswa harus benar-benar berpengaruh terhadap watak, perilaku, karakter,
pandangan, pemikiran, dan bahkan juga ketarampilannya. Pendidikan tanpa
membentuk watak, karakter dan perilaku adalah sia-sia, dan hanya membikin
semua pihak merasa sibuk, menghasilkan rasa capek, tetapi tidak memiliki
makna apa-apa.
Pendidikan selalu dikaitkan dengan
filsafat hidup. Bangsa Indonesia memiliki filsafat Pancasila dan UUD 1945.
Sebagai bangsa yang ber-Pancasila maka harus ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, harus memiliki pandangan dan
keinginan untuk membangun persatuan sebagai bangsa Indonesia, berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
misalnya, sebagai seorang muslim, telah memiliki pedoman hidup
yaitu al Qur’an dan hadits nabi. Merasa ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
tetapi tidak mengenal ajarannya, maka sama artinya dengan kebohongan. Sebagai
seorang beragama harus mengetahui, menghayati, dan mengamalkan ajaran
agamanya. Demikian pula bagi mereka yang beragama lain, seperti Kristen,
Protestan, Hindu, Buda, dan Kong Hucu.
Selain itu, pelajaran yang diberikan
harus bermakna bagi upaya membekali anak dalam mengembangkan ekonomi, sosial,
hukum dan lain-lain. Sudah pasti bahwa setelah lulus sekolah,
para siswa secara ekonomi harus mandiri. Mereka harus mampu mencari rizki untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Rizki yang dimaksudkan itu harus halal,
baik, dan membawa berkah bagi keluarganya. Pendidikan semestinya
membekali kecakapan untuk semua itu.
Bagi siapapun selalu memerlukan
sumber kehidupan. Tumbuh-tumbuhan memiliki akar dan daun. Akar
selain digunakan untuk menahan batang agar berdiri tegak, juga untuk menyerap
saripati makanan dari tanah. Demikian pula daun digunakan untuk bernapas dan
mengolah makanan yang akan dijadikan sebagai kekuatan untuk menopang hidupnya.
Tanpa akar dan daun, maka tumbuh-tumbuhan tidak akan hidup sempurna.
Demikian pula manusia, harus
memiliki sumber hehidupan atau jelasnya sumber ekonomi. Kemampuan
mendasar ini harus dilatih dan berhasil diberikan oleh
pendidikan. Anak-anak zaman dahulu, tatkala kebutuhan ekonomi masih
bisa dipenuhi secara sederhana, -----bertani di kebun, menangkap ikan di
laut, atau berdagang secara sederhana di pasar, tidak memerlukan pelatihan.
Akan tetapi di zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, kemampuan itu
harus dilatih dan benar-benar dikuasai.
Anak-anak lewat pendidikan harus
dilatih membuka usaha-usaha ekonomi, baik berupa perusahaan, perdagangan,
kooperasi, pertanian, dan lain-lain. Tanpa pengetahuan tentang itu,
maka mereka akan mengalami kesulitan mengembangkan hidupnya. Mereka akan
menganggur atau hanya akan menjadi buruh yang tidaki memiliki nilai tawar.
Bahkan mereka kemudian pergi ke luar negeri dan hanya memasuki lapangan kerja yang
tidak memerlukan kecakapan dan ketrampilan, seperti menjadi sopir,
pembantu rumah tangga, dan sejenisnya.
Mestinya lembaga pendidikan
harus memperhatikan persoalan dan tantangan bagi kehidupan anak-anak di
masa depan sebagaimana yang disebutkan itu. Jika hal itu berhasil
dikembangkan, maka lembaga pendidikan akan benar-benar
menjadi institusi yang diperlukan bagi penyiapan kehidupan anak-anak masa
depan. Pendidikan memang perlu berorientasi pada pengembangan ilmu-ilmu
murni, akan tetapi tidak boleh melupakan sesuatu yang pasti dihadapi oleh
anak-anak pasca sekolah. Menguasai biologi, fisika, kimia, sosiologi, sejarah
dan lain-lain, bagi anak-anak adalah perlu. Tetapi mengabaikan hal-hal yang
nyata dan atau pasti dihadapi oleh generasi mendatang juga tidak benar.
Memahami persoalan hidup anak-anak
di masa mendatang seperti itu, maka diperlukan reorientasi
penyelenggaraan pendidikan secara terus menerus sebagaimana tuntutan zaman yang
selalu berubah cepat. Upaya mempertahankan orientasi pendidikan yang sudah
tidak relevan dengan zamannya, maka hanya akan membuat generasi ke depan
akan ketinggalan zaman, tidak akan mampu bersaing, dan bahkan akan selalu
dikalahkan oleh bangsa-bangsa lain.
0 komentar:
Posting Komentar