Orang Islam Harus Pintar



Kalimat dalam  judul tulisan ini, bahwa orang Islam itu harus pintar, saya dapatkan dari seorang yang sebenarnya bukan tokoh berpengaruh dan juga bukan  seorang yang berpendidikan tinggi. Ia sehari-hari  hanya seorang takmir masjid kecil di sebuah desa,  dan pendidikannya pun hanya sebatas sekolah tingkat dasar. Ilmu agama yang dimiliki juga hanya  diperoleh dari tempat mengaji yang berada tidak jauh dari rumahnya semasa kecil.

Kalimat tersebut sebenarnya  sangat sederhana, namun karena diungkapkan oleh  orang yang sederhana itu,  maka  bagi saya justru  menjadi sangat  menarik dan memiliki bobot yang luar biasa.  Mendengar ungkapan itu, saya kemudian segera meminta penjelasan,  apa sebenarnya yang dimaksud dengan ungkapan,  bahwa orang Islam harus pintar itu. Ia menjelaskan bahwa yang disebut orang pintar itu ialah orang yang tidak ketinggalan zaman,  mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi  sekalipun rumit, bisa bekerja dengan baik  dan hasilnya berkualitas, mampu berkomunikasi dengan siapapun,  memiliki keunggulan,  dan lain-lain.

Lebih operasional lagi, dia menambahkan penjelasannya,  bahwa seseorang disebut pintar manakala yang bersangkutan  bisa membuat sesuatu yang orang lain tidak semuanya bisa, misalnya membuat mobil, HP, komputer,  dan bahkan pesawat terbang. Tidak boleh, ummat Islam hanya sekedar bisa membeli.  Apalagi,  sekedar memperbaiki apa yang sudah dibeli saja, ------kalau rusak, tidak mampu. Ummat Islam tidak boleh menjadi beban dan apalagi selalu berada di posisi belakang.

Islam, menurut pandangan takmir masjid kecil di desa tersebut, harus dimaknai sebagai ajaran yang mengajak dan membimbing ummat ke arah kemajuan. Islam identik dengan maju, kaya ilmu, mencintai keadilan, mampu bekerja secara profesional, tetapi juga tidak lupa beribadah -------menjalankan kegiatan ritual,  sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasul-Nya.  Dengan begitu ummat Islam menjadi sangat kokoh dan akan selalu mengungguli ummat lainnya.

Sementara ini, masih menurut pengamatan takmir tersebut, ummat Islam selama ini  masih ketinggalan dari ummat lainnya. Lembaga pendidikan yang dikembangkan belum mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya. Demikian juga bentuk-bentuk kegiatan  lain seperti organisasi, partai politik, rumah sakit, dan apalagi lembaga ekonomi  yang diurus oleh organisasi yang mengatas namakan Islam, masih banyak yang tampak tertinggal. Selama ini belum banyak, sekalipun  sudah ada, proyek proyek  ummat Islam yang dikagumi kualitas atau keunggulannya.      

Akibat dari itu semua, ummat Islam di mana-mana selalu tertinggal dan kalah dalam  berkompetisi.  Menurut  takmir masjid tersebut, selama ini ummat Islam belum maksimal dalam memberikan sumbangan  terhadap penyelesaian berbagai persoalan ummat dan bangsa ini. Itu semua, menurut tokoh lokal tersebut,  adalah sebagai buah dari pendidikan ummat Islam yang belum maju. Ummat Islam masih  berada pada posisi di bekalang, dan belum mampu menempatkan diri pada posisi-posisi strategis,  yaitu sebagai  obor dan sekaligus penggerak  kemajuan sebagaimana yang banyak disebutkan dalam kitab suci, yaitu sebagai ummat terbaik. 

Takmir masjid kecil di  desa tersebut,  sekalipun berpendidikan rendah dan bahkan bertempat tinggal di pedesaan yang jauh dari pusat-pusat informasi, ternyata memiliki pandangan mata yang tajam. Ia berhasil menangkap pesan-pesan Islam yang luas dan komprehensif. Islam tidak saja dimaknai sebagai tuntunan menjalankan kegiatan ritual semata, melainkan berisi ajaran yang luas yang selalu relevan dengan kemajuan zaman. Umpama kebanyakan ummat Islam memiliki wawasan seperti yang dimiliki oleh  seorang takmir masjid kecil di desa tersebut, maka ummat Islam akan maju, oleh karena dengan ber-Islam  mereka  menjadi pintar dan bahkan cerdas. Wallahu a’lam

Imam Suprayogo

0 komentar:

Posting Komentar