Menyelesaikan Problem Sosial dengan Rumus Matametika


Selama ini saya selalu berpandangan bahwa,  siapapun yang  diperlakukan secara baik  maka akan membalas kebaikan itu dengan kebaikan, sehingga orang yang awalnya berperilaku kurang baik akan berubah menjadi baik. Kejelekan jangan dibalas dengan kejelekan, akan menjadi bertambah jelek. Seseorang yang selalu berperilaku kasar, suka menyakiti hati orang lain, berbuat onar manakala diperlakukan secara baik, maka akan menjadi baik. Atas dasar pandangan seperti itu, menghadapi siapapun,  saya selalu menempuh dengan memberi kebaikan.

Prinsip yang saya pegangi tersebut, ternyata oleh seseorang yang paham matematika dianggap tidak benar.  Ia menggunakan logika matematika yang kuasainya. Logika matematika, menurutnya bisa diterapkan dalam mengahadapi berbagai jenis orang yang selalu berbeda-beda. Matematika tidak saja bisa digunakan untuk  menerangkan  berbagai jenis bilangan, tetapi juga pedoman dalam menghadapi berbagai jenis perilaku seseorang.

Rumus matematika selalu mengatakan bahwa,  bilangan plus dikalikan dengan bilangan  plus  akan menghasilkan bilangan plus.  Bilangan minus dikalikan dengan bilangan minus akan menghasilkan bilangan plus pula. Sebaliknya, bilangan plus dikalikan dengan bilangan minus akan menghasilkan bilangan minus. Demikian pula bilangan minus dikalikan bilangan plus akan menghasilkan bilangan minus.   Rumus itu ternyata bisa digunakan  sebagai pedoman dalam mengambil sikap terhadap berbagai jenis perilaku orang.

Manakala  orang lain bersikap baik dan kita respon dengan kebaikan, maka  akan menghasilkan kebaikan yang berlipat ganda. Demikian pula kejelekan atau kejahatan, ketika  kita respon dengan kejahatan, maka  akan menghasilkan perilaku baik. Seorang pencuri, koruptor dan pelaku jenis kejahatan lainnya,  manakala direspon dengan kejahatan (sebagai hukuman) akan melahirkan kebaikan. Seorang koroptor  ketika  dihukum, disakiti, atau dinistakan, maka akan berubah menjadi baik.

Manakala orang berbuat kejelekan atau kejahatan tetapi tetap diperlakukan secara baik, maka akan tetap menjalankan kejahatannya itu dari waktu  ke waktu  tidak akan pernah  berhenti.. Orang jahat atau berperilaku buruk, maka  harus dihukum atau diperlakukan secara tidak baik. Orang yang terbiasa berbuat jelek, tetapi terus menerus  diperlakukan secara baik, maka kejelekannya itu justru akan bertambah-tambah.

Demikian pula kebaikan seseorang manakala direspon secara jelek, atau kebaikan yang diberikannya tidak disukuri, artinya tidak direspon secara baik, maka akan melahirkan keburukan. Kebaikan harus dibalas dengan kebaikan. Tidak semestinya kebaikan direspon dengan kejahatan atau keburukan.  Manakala hal itu terjadi, maka kebaikan itu akan berubah menjadi kejelekan. Orang akan frustasi oleh karena kebaikannya tidak direspon secara baik.

Penjelasan tersebut terasa rasional dan atau logis. Mungkin juga ada benarnya. Oleh sebab itu seseorang yang melakukan kesalahan dan apalagi kesalahan itu dilakukan dengan sengaja,  dan  berakibat merugikan orang lain, maka  pelakunya harus dihukum. Korupsi misalnya, agar menjadi jera, maka pelakunya harus dihukum.

Mengikuti rumus matematika tersebut, maka tidak boleh para pelaku korupsi dibiarkan dan bahkan diperlakukan secara baik. Perlakuan baik terhadap para koruptor  justru akan berkembang dan semakin banyak orang yang dirugikan. Kejelekan harus dibalas dengan kejelekan atau dihukum.  Rumus matematika mengatakan bahwa bilangan minus dikalikan minus justru akan menjadi plus, atau melahirkan kebaikan. Para koruptor manakala dihukum dimungkinkan akan menjadi baik.

Logika matematika  selalu mendekati kepastian. Akan tetapi manakala diterapkan dalam ilmu sosial, kepastian itu tidak selalu berlaku. Ada saja penyimpangan-penyimpangan dari rumus dimaksud. Akan tetapi, kiranya tidak ada salahnya rumus itu  dijadikan referensi bagi kita semua tatkala menyelesaikan persoalan-persoalan sosial sebagaimana yang diungkap di muka. Dengan rumus matematika itu, setidaknya terdapat pegangan dalam mengambil sikap yang kadang pelik dan serba dilematis. Wallahu a’lam.  


Imam Suprayogo

0 komentar:

Posting Komentar