Kekerasan Atas Nama Agama



Seringkali saya mendapatkan pertanyaan atau komentar terhadap kekerasaan yang dirasakan datang dari orang dengan mengatasnamakan agama. Tentu penanya itu bukan saja berasal dari orang Islam sendiri tetapi juga dari  pemeluk agama lain.  Mereka menanyakan, apakah Islam mengajarkan kekerasan seperti itu. Pertanyaan itu sebenarnya juga disampaikan dengan hati-hati, khawatir menyinggung perasaan.
 
Tentu pertanyaan atau komentar seperti itu, saya selalu menjawab bahwa Islam sama sekali tidak identik  dengan kekerasan.  Islam itu adalah agama yang mengajarkan tentang kelembutan dan bahkan berdakwah pun harus dilakukan dengan cara bijak dan tidak boleh memaksa. Mengajak beragama, menurut ajaran Islam, tidak boleh dilakukan dengan kekerasan atau cara memaksa. Keterpaksaan dalam beragama tidak dibolehkan, bahkan apa saja harus dilakukan atas dasar keikhlasan.
 
Islam juga mengajarkan bahwa seorang muslim  seharusnya menjadikan orang lain merasa aman dan selamat,  baik dari ucapannya maupun tangannya. Artinya, Islam tidak mengajarkan tentang kekerasan, menyakiti orang lain,  dan apalagi merusak atau membunuh.  Siapapun  seharusnya merasa aman dari adanya orang Islam.
 
Tentu penjelasan saya tersebut  tidak segera bisa diterima,  oleh karena  mereka seringkali mendengar dan bahkan memiliki data atau informasi  tentang  adanya kekerasan yang dilakukan oleh orang yang mengaku beragama Islam. Bahkan tidak sedikit kesan atau  menyebut bahwa, para terororis juga  berdalih membela Islam. Atau, setidaknya ada saja peristiwa kekerasan  yang dilakukan oleh orang Islam.
 
Mungkin saja,  kekerasan itu dilakukan   sebagai bentuk kecintaan terhadap agamanya. Tatkala dirasakan ada sesuatu  yang dianggap  menggannggu agamanya,  maka mereka  membela dengan caranya sendiri.  Menurut pandangan mereka, ajaran agama tidak saja dijalankan, melainkan juga harus dibela dengan cara apapun. Mendiamkan sesuatu yang dianggap mengganggu ajaran agama dipandang sebagai pertanda bahwa keimanannya lemah.
 
Mereka tidak menyadari,  bahwa  dengan kekerasan itu  akan  membawa resiko, yaitu  Islam dianggap sebagai agama yang mengajarkan tentang kekerasan.  Bagi orang yang belum mengerti Islam, dengan kekerasan itu,  akan menganggap bahwa Islam tidak sebagaimana agama lainnya yang mengedepankan kelembutan, kasih sayang, simpatik terhadap siapapun, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya. Padahal  Islam  sebenarnya juga mengajarkan tentang nilai-nilai kemanusiaan  yang disebut dengan akhlakul karimah.
 
Dalam suasana demokrastis seperti ini, semua orang memiliki  kebebasan untuk memilih dan menentukan keyakinannya sendiri.  Pemaksaaan yang datang dari mana saja dan dalam bentuk apapun dianggap tidak sesuai dengan alam demokrasi. Pemaksaaan dan apalagi kekerasan dianggap sebagai cara  yang kurang tepat dan juga tidak dibenarkan.
 
Oleh karena itu sebenarnya, dakwah atau mengajak orang agar bersimpatik pada Islam seharusnya  dilakukan melalui dua pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan lisan maupun juga perbuatan. Penjelasan yang mengatakan bahwa Islam itu adalah agama rakhmat, kasih sayang, lembut dan seterusnya harus dibuktikan oleh perilaku para pemeluknya.  Sangat sulit menjelaskan bahwa  Islam adalah ajaran yang sedemikian ideal dan indah tanpa ada bukti konkrit  dari perilaku para pemeluknya. Orang akan lebih mempercayai apa saja yang dilihat dari pada apa  yang didengarkan dari orang lain.
 
Atas dasar pandangan  itu, maka cara tepat mengekspresikan kecintaan terhadap Islam seharusnya dilakukan dengan cara menunjukkan perilaku sehari-hari  sebagaimana yang diajarkan oleh Islam. Misalnya, Islam mengajarkan agar umatnya mencintai ilmu, memiliki keunggulan, selalu berperilaku adil terhadap siapapun, selalu menjalankan berbagai kegiatan ritual, dan juga selalu bekerja secara profesional.
 
Manakala hal tersebut itu  bisa dijalankan dalam kehidupan sehari-hari,   maka di alam demokrasi dan terbuka seperti ini,  Islam akan benar-benar terasa indah, baik dari apa yang didengar dan juga yang dilihatnya.  Akhirnya, Islam  tidak dikonotasikan sebagai agama yang dekat dengan kekerasan, utamanya oleh mereka  yang belum mengenalnya dengan baik.  Wallahu a’lam

Imam Suprayogo

Related Posts:

  • Tasbih Saya mengenal tasbih sejak lama. Orang tua, terutama para kyai selalu memiliki tasbih. Alat itu  digunakan untuk menghitung jumlah dzikir yang telah diucapkan. Memang perintah berdzikir, yakni mengucapkan tasbih,&nbs… Read More
  • Sukses Hidup di Masa Depan Semua orang menginkan sukses hidupnya di masa depan. Sukses yang dimaksudkan itu biasanya menyeluruh,  yaitu meliputi kehidupan spiritual, sosial, ekonomi, intelekitual, kesehatan dan lain-lain. Secara spiritual, ses… Read More
  • Tatkala NU dan Muhammadiyah Mulai Menyatu Pada bulan Ramadhan ini, hampir setiap hari, saya diundang untuk mengisi ceramah, baik pada bakda tarweh, atau pada acara pengantar buka bersama. Undangan ceramah yang cukup banyak itu saya dapatkan sejak tahun ini saja, … Read More
  • Sosok Muslim Ideal Ada pertanyaan sederhana  tentang siapa sebenarnya muslim yang ideal itu. Rupanya penanya itu   bukan sekedar berbasa-basi untuk menggoda, tetapi bersungguh-sungguh ingin tahu, siapa sebenarnya orang yang d… Read More
  • Sumber Perpecahan di Kalangan Umat Seringkali saya merenungkan, mengapa ummat Islam selalu bercerai berai. Mereka  memiliki organisasi sosial dan politik yang berbeda-beda. Selain itu, juga memiliki tempat ibadah yang berbeda-beda, dan bahkan lembaga … Read More

0 komentar:

Posting Komentar