Memimpin Orang-orang Ekstrim



Di antara tugas pemimpin adalah menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya untuk meraih tujuan bersama. Selalu saja orang yang dipimpin memiliki watak, karakter, dan perilaku yang berbeda-beda. Dan itu adalah sebuah kelaziman, oleh karena manusia selalu memiliki keunikan masing-masing. Tidak akan ada orang yang memiliki karakter atau watak yang sama. Perbedaan di antara mereka itu membuituhkan perhatian yang berbeda-beda pula.

Memimpin  orang yang biasa-biasa saja adalah mudah. Sedangkan yang agaknya sulit adalah menghadapi orang-orang ekstrim. Biasanya pemimpin tidak mau menghadapi hal yang terlalu rumit.  Menjalankan  tugas-tugas pokok saja kadangkala sudah dirasakan berat. Apalagi harus ditambah dengan beban ektra, mengurus orang-orang yang tidak biasa,  yaitu  mereka yang dianggap  justru menganggu kehidupan  organisasi yang dipimpinnya secara keseluruhan.

Orang-orang ekstrim itu, setidaknya ada dua kelompok. Yaitu kelompok yang tertinggal oleh karena kemampuan dan kapabilitasnya terbatas. Sedangkan  ekstrim lainnya adalah orang-orang yang memiliki kelebihan atau berperilaku ekstrim, sehingga merepotkan pemimpin. Kelompok tertinggal dirasa sulit dipimpin oleh karena kemampuannya yang terbatas. Misalnya, mereka memiliki keterbatasan dalam ketrampilan, pengetahuan, wawasan, dan seterusnya.

Kelompok tertinggal itu dianggap ektrim oleh karena selalu saja menjadi beban. Pekerjaan yang diberikan kepada mereka tidak terselesaian. Mereka akan bekerja manakala diberi petunjuk secara jelas, diawasi,  dan diberikan bimbingan secara detail. Menghadapi orang-orang seperti ini, pemimpin biasanya tidak sabar. Sehingga  sikap yang dipilih adalah meninggalkan orang-orang seperti itu. Padahal  pemimpin seharusnya mampu menggerakkan semua orang yang berada di bawah kepemimnpinnya, termasuk mereka yang tertinggal itu. 

Kelompok pada ujung ektrim  lainnya adalah orang-orang yang, ------saya menyebutnya, kelebihan energi. Ada saja problem yang ditimbulkan oleh orang-orang seperti itu. Terkadang mereka tidak saja menunaikan tugas yang diberikan  kepadanya, melainkan juga menganggu orang lain yang berada di kanan kirinya. Komunikas, baik  vertikal maupun horisontal, menjadi  terganggu oleh orang ektrim itu.  Organisasi  menjadi tidak sehat, sering terjadi konflik yang tidak mudah diselesaikan oleh karena kehadiran orang ekstrim itu.

Pemimpin di mana dan kapan saja  selalu menghadapi orang-orang seperti itu.  Strategi yang mudah untuk memecahkannya adalah memperkecil jumlah dan mengantisipasi akibat yang ditimbulkan oleh orang-orang ektrim tersebut.  Terhadap orang-orang yang tertinggal oleh karena kapabilitasnya, maka bisa diatasi dengan cara meningkatkan ketrampilan dan pengetahuannya. Akan tetapi usaha itu  juga tidak selalu berhasil. Sebab, ada saja orang yang tertinggal namun yang bersangkutan sendiri juga tidak mengetahui bahwa posisinya dalam keadaan tertinggal. 

Sedangkan menghadapi orang ektrim oleh karena kelebihannya, maka cara paling tepat adalah memberikan pekerjaan sesuai dengan kelebihannya itu. Tatkala mereka sudah mampu menghabiskan energi dan atau bahkan mendapatkan kepuasan dari tugas-tugasnya itu maka peluang-peluang mengganggu organisasi akan berkurang dengan sendirinya. Orang seperti itu tidak perlu dijauhi, bahkan sebaliknya harus didekati untuk memperkukuh organisasi. Pemimpin yang cerdas justru tertantang untuk memobilisasi energi yang dimiliki oleh orang-orang ekstrim seperti ini.

Namun lagi-lagi, biasanya pemimpin tidak mau repot. Mereka yang ekstrim itu ditinggalkan dengan berbagai caranya. Dalam  waktu sementara, cara itu terlihat strategis, akan tetapi sebenarnya justru akan menjadi bom waktu. Pada suatu saat, tatkala orang-orang ekstrim menemukan momentum, mereka akan menjatuhkan pemimpin yang bersangkutan. Sejarah telah membuktikan hal itu secara jelas. Banyak orang yang pada suatu saat disisihkan,  namun tatkala mereka bangkit akan ganti menjatuhkannya.

Kehebatan seorang  pemimpin, di antaranya adalah tatkala yang bersangkutan mampu mengakomodasi berbagai kelemahan  maupun potensi dan energi yang tumbuh dan berkembang di organisasi yang dipimpinnya. Ternyata tidak semua pemimpin mampu mengatasi orang ekstrim, baik ekstrim karena kelemahannya dan atau sebaliknya, karena kelebihannya. Oleh karena itu, manakala hal tersebut bisa diselesaikan, maka yang bersangkutan  memang pantas disebut sebagai seorang pemimpin yang handal. Wallahu a’lam.    

Imam Suprayogo

0 komentar:

Posting Komentar