Terasa aneh, di negara yang berdasarkan Pancasila, masih
terdapat orang yang mengkhawatirkan dampak negatif dari agama. Agama dianggap
sebagai salah satu sumber malapetaka. Mereka mengkhawatirkan, manakala pelajaran agama di sekolah ditambah,
maka akan berakibat semakin banyak orang
yang fanatik terhadap agama hingga melahirkan kekerasan. Kekerasan yang
bersumber agama dianggap bahwa pelakunya adalah orang-orang yang terlalu
mendalami agama.
Munculnya orang-orang yang memiliki anggapan negatif
terhadap agama tersebut hanya oleh
karena salah paham terhadap agama. Antara yang memahami dan yang
dipahami sama-sama salahnya. Ada orang yang melakukan kekerasan atas dasar
anggapan bahwa apa yang dijalani adalah sebagai bentuk pembelaan dan bahkan kecintaannya
terhadap agama. Semenatara orang yang
tidak mengerti agama, menganggap bahwa perilaku itu bersumber dari ajaran
agama.
Kelompok-kelompok terorisme dengan menggunakan simbol-simbol
agama dianggap sebagai produk dari ajaran agama. Agama dianggap mengajarkan
kekerasan, teror, dan kegiatan yang bersifat menyerang orang lain. Oleh karena
tidak pernah belajar agama, maka mereka tidak mengerti bahwa agama mengajarkan
kasih sayang, saling mencintai antar sesama, saling mengenal, memahami, tolong
menolong, dan adanya konsep kebersamaan. Mereka tidak tahu tentang keindahan
hidup yang didasari oleh nilai-nilai agama.
Pemahaman negatif terhadap agama seperti itu juga muncul
oleh karena di antara umat beragama sendiri belum mampu membangun kedamaian,
kebersamaan, dan persatuan. Di antara pemeluk agama yang berbeda dianggap
musuh. Orang yang sebelumnya berdamai tatkala masuk wilayah agama yang berbeda
dianggapnya harus bermusuhan. Padahal seharusnya tidak begitu. Antar pemeluk
agama yang berbeda mestinya tidak boleh saling membenci dan apalagi bermusuhan.
Kenyataan seperti itu yang menjadikan agama dicintrakan sebagai sesuatu yang
tidak sepenuhnya indah.
Bahkan konflik juga terjadi di antara sesama pemeluk agama
yang berbeda alirannya. Sekedar berbeda dalam menjalankan ritual saja
mengakibatkan retaknya hubungan di antara sesama. Padahal sebenarnya kehadiran
agama justru agar di antara umat yang
berbeda dan berpecah belah, bertikai atau konflik menjadi menyatu kembali.
Agama seharusnya menjadi kekuatan untuk menyatukan dan bukan memecah belah.
Wajah masyarakat yang sebenarnya lebih banyak sebagai produk
sosiologis, antropologis, dan juga sejarah itu dianggap sebagai pengaruh agama.
Itulah kesalah-pahaman yang banyak dialami oleh orang-orang yang tidak terlalu
memahami agama. Agama dianggap sebagai sesuatu
yang bersifat negatif. Oleh karena
itu, dalam menjaga agama dan
mendakwahkannya tidak ada cara lain kecuali berusaha menjalankan agama
sebaik-baiknya. Agama harus ditampakkan dalam kehidupan yang ideal, yaitu
menyatukan, mendamaikan dan mensejahterakan, agar tidak melahirkan
anggapan negatif itu. Wallahu
a’lam.
Imam Suprayogo
0 komentar:
Posting Komentar