Menangkap Pesan Isra' Mi'raj untuk Menjalankan Kepemimpinan



Nabi Muhammad diutus oleh Allah ke muka bumi untuk memimpin ummat manusia mengenal Tuhan, beramal shaleh, dan berakhlakul karimah. Tentu tugas itu tidak mudah. Apalagi, Rasulullah  ini  harus  menghadapi masyarakat Arab Jahiliyah yang  tidak mengenal Tuhan yang sebenarnya.

Bangsa Quraisy ketika itu sudah memiliki tradisi yang dikembangkan sejak lama. Lewat tradisi itu para tokohnya sudah teruintungkan, baik secara ekonomi, sosial, politik, dan lain-lain.  Muhammad  pada saat itu, tidak berada pada posisi bersama para elitenya. Bahkan ajaran yang dibawa olehnya akan meruntuhkan tradisi yang sudah lama dijalani dan menguntungkan itu.

Selain itu, utusan Allah ini  ketika itu belum memiliki banyak pengikut. Bahkan sebaliknya, kehadirannya dianggap sebagai ancaman dan bahkan menjadi musuh  bagi orang-orang yang berpengaruh kuat di masyarakat itu. Bekal yang dimiliki olehnya tidak banyak, kecuali keimanan dan akhlak yang mulia. Muhammad dikenal sebagai orang jujur oleh siapapun hingga diberi sebutan al Amien.

Dalam suasana seperti itu, Nabi Muhammad membuat kabar yang sangat mengejutkan, aneh,  dan dahsyad. Yaitu,   tentang Isra’ dan mi’raj. Dalam sejarah kemanusian, berita tentang perjalanan  semalam,  yang dimulai dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dan berlanjut ke Sidratul Muntaha, langit lapis tujuh,   baru kali itu terjadi. Oleh karena itu, kabar tentang  isyra’ dan mi’raj adalah dahsyat dan pantas ketika itu segera menjadi  berita besar di tengah-tengah masyarakat.

Namun sebenarnya, peristiwa aneh dan menakjubkan seperti itu, bagi seorang Rasul,  adalah hal biasa.  Beberapa  Rasul sebelumnya juga telah menerima  mukjizat, hanya bentuknya berlain-lainan. Nabi  Ibrahim pernah dibakar hidup-hidup oleh tentara Fir’aun tetapi tidak mempan. Nabi Isa sejak diayunan sudah bisa bercakap-cakap. Nabi Yunus pernah ditelah ikan dan bisa keluar dengan selamat, Nabi Musa pernah menggunakan tongkatnya untuk membelah laut dan ternyata terbelah, dan seterusnya.

Oleh karena itu sebenarnya, peristiwa aneh dan menakjubkan bagi seorang Rasul adalah hal biasa. Namun tidak biasa bagi orang pada umumnya. Mukjizat itu, manakala kita kaitkan dengan tugas  seorang  rasul, yaitu di antaranya sebagai pemimpin umat, maka pemimpin itu harus memiliki kelebihan, jauh di atas mereka yang dipimpinnya. Mukjizat adalah suatu kelebihan yang disandang oleh seseorang  rasul,  agar yang bersangkutan segera  dipercaya dan berhasil melakukan peran-peran kepemimpinannya. 

Isra’ dan mi’raj adalah benar-benar merupakan peristiwa yang dahsyad dan menggemparkan. Hal tersebut bisa ditangkap  bahwa, siapapun sebagai seorang pemimpin, sebagaimana seorang rasul, harus mampu menciptakan atau memproduk isu-isu besar hingga menjadi bahan perbincangan banyak orang.  Lewat isu besar itu, maka akan menarik perhatian dan menumbuhkan kepercayaan banyak orang terhadapnya. Sekalipun juga sebaliknya, bisa jadi orang yang sudah sedikit percaya berbalik menjadi tidak percaya oleh karena peristiwa aneh itu.

Belajar dari peristiwa isra’ dan mi’raj itu, maka akan mengingatkan kepada para pemimpin di berbagai jenis dan levelnya, agar mereka memiliki kelebihan dari orang-orang  yang dipimpinnya. Selain itu, sebagai pemimpin juga harus kaya isu-isu besar  yang mengejutkan, hingga menjadi bahan perbincangan bagi semua yang dipimpin. Isu-isu besar memiliki kekuatan untuk menarik perhatian dan bahkan untuk menggerakkan banyak orang.

Pemimpin yang tidak memiliki kelebihan dari mereka yang dipimpin, apalagi tidak mampu memproduk isu-isu besar akan melahirkan disorientasi di kalangan masyarakat yang dipimpin. Masyarakat manapun selalu memerlukan ruang  berimajinasi dan harapan tentang masa depannya. Peristiwa-peristiwa dan juga pikiran-pikiran yang luar biasa seharusnya  muncul dari  para  pemimpin. Dengan demikian itu, maka  kehidupan ini tidak  sekedar dijalani secara  rutin. Dalam menjalani kehidupan, siapapun selalu membutuhkan  isu-isu besar, dan  peluang bagi semuanya untuk maju dan berkembang.

Oleh karena itu, dalam memperingati isyra’ dan mi’raj di bulan ini, para pemimpin di berbagai jenis dan level,  seharusnya mampu menangkap pesan dari peristiwa besar dan  dahsyat itu, dan kemudian mencoba untuk mengembangkannya. Sekali lagi belajar dari peristiwa isyra’ dan mi’raj, pemimpin harus memiliki kelebihan dan juga isu-isu besar yang menakjubkan. Dari kekuatan itu, sang  pemimpin akan diperbincangkan secara terus menerus dan kemudian akan diikuti secara tulus. Wallahu a’lam.

Imam Suprayogo

0 komentar:

Posting Komentar