Menyelesaikan Konflik



Apakah Anda stres saat anak-anak bertengkar? Seorang ibu bahkan merasa gagal menjadi seorang orangtua ketika melihat anak-anaknya berkelahi. Pernah terlintas di benaknya untuk memisahkan anak-anaknya itu agar pertengkaran di antara mereka tidak terjadi.
Seorang ayah yang mengaku anaknya sering bertengkar mengeluh, “Bagaimana tidak stres, tidak ada makanan berantem, sudah saya bawakan makanan juga, mereka berebutan. Tidak ada mainan mereka berantem, dibelikan mainan juga justru malah jadi sebab pertengkaran.”
Bagaimana sebenarnya mengatasi pertengkaran?
Banyak orangtua yang tidak tahan tatkala anak-anaknya berselisih. Namun, dengarlah penuturan seorang ahli, “Every conflict offers an opportunity to teach.” Demikian disampaikan Becky A. Bailey Ph.D dalam bukunya “Easy to Love, Difficult to Discipline.” Sehingga ketika konflik terjadi, kita bisa berkata pada diri kita sendiri, “Inilah kesempatan untuk mendidik dan membuat mereka belajar.”
Bailey mengatakan bahwa pada saat konflik terjadi, kita sebagai orangtua bisa memilih: menganggapnya sebagai peluang untuk mendidik anak atau kesempatan untuk menyalahkan dan menghukum mereka. Jika orangtua mencap anaknya sebagai ‘anak nakal’, hal itu akan menghancurkan kepercayaan diri mereka.
Bila kita dapat memanfaatkan momen bertengkar anak-anak sebagai peluang untuk mendidik mereka, maka kita dapat meningkatkan kemampuan anak dalam banyak hal, di antaranya: memahami hak dan kewajiban, membedakan salah dan benar, memupuk rasa empati, menghargai orang lain, memelihara harga dirinya, dan membangun kemampuan dalam memecahkan persoalan. Dengan demikian, ketika suatu saat mereka menghadapi konflik lagi, mereka akan dapat menyelesaikannya tanpa campur tangan orangtua.
Pada mulanya anak-anak tidak mengerti arti bertengkar, justru orangtualah yang memberi label bertengkar. Misalnya, ketika anak berebut mainan, seringkali orangtua berkata, “Sudah…sudah, jangan bertengkar!”
Dalam situasi seperti itu, orangtua bisa dengan tenang mengatakan, “Ada dua orang menginginkan mainan yang sama, bagaimana caranya ya?” Dengan pernyataan seperti itu, anak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya.
Pada dasarnya anak-anak tidak menyukai terjadinya konflik. Namun, ketidakmampuannya untuk mengelola emosi menyebabkan pertengkaran tidak bisa dihindari.
Banyak orangtua ingin masalah anak-anaknya cepat selesai, sehingga memaksa salah satu anak untuk mengalah atau meminta maaf. Hal tersebut sebenarnya kurang mendidik, karena mereka tidak diajak untuk mengurai permasalahan. Permintaan maaf sebaiknya dilakukan oleh orang yang melakukan kesalahan dan dilakukan atas kesadaran dari dalam diri anak. Oleh karena itu, sangat penting kesabaran orangtua untuk berada dalam situasi konflik, dan memberi pengertian agar mereka belajar menyelesaikan masalahnya hingga tuntas.
Hidup di dunia tidak akan pernah terhindar dari masalah dan perselisihan. Keterampilan menyelesaikan konflik akan menjadi bekal hidup yang berharga bagi masa depan anak-anak. 

Ida S Widayanti

0 komentar:

Posting Komentar