Persatuan
dalam Islam adalah sangat penting. Al Qur’an secara jelas menunjukkan
betapa pentingnya persatuan itu. Umat Islam dianjurkan agar selalu
berpegang pada tali Allah dan agar supaya tidak bercerai berai. Dengan
persatuan, maka umat Islam akan kuat dan kokoh. Begitu pula sebaliknya, menjadi
lemah oleh karena tidak bersatu.
Tentu persatuan tidak sekedar diartikan
berkumpul atau bersama. Orang yang berkumpul dan atau bersama belum tentu
bersatu. Suami isteri yang tinggal bersama atau berkumpul di dalam satu
rumah, bisa jadi, suatu saat tidak bersatu. Keduanya saling
bertengkar dan bahkan bermusuhan. Beberapa orang menjadi anggota organisasi
yang sama, tetapi sehari-hari konflik berebut posisi dalam organisasi
itu. Oleh karena itu, bersatu sebenarnya lebih dari sekedar bersama dan
berkumpul.
Beberapa atau bahkan banyak orang disebut
bersatu manakala berhasil menyatukan pikiran, perasaan, dan bahkan jiwa. Di
antara mereka saling mengetahui, memahami, menghargai, menyayangi, dan
berbuah saling bekerjasama. Persatuan, akhirnya, memang bukan perkara mudah
diwujudkan. Apalagi di dalam beberapa orang atau kelompok itu ada keinginan
saling berebut menjadi pemenang, lebih unggul, lebih benar dan modern, merasa
lebih maju, dan seterusnya.
Sedemikian
penting persatuan itu, sehingga Nabi sejak awal, dalam membangun masyarakat
Madinah, adalah menyatukan antara pihak-pihak yang berbeda. Kaum
Muhajirin dipersatukan dengan kaum Anshar. Nabi juga membuat perjanjian
yang disebut dengan Piagam Madinah. Piagam
ini dibuat bersama adalah untuk mempersatukan masyarakat yang berada di Madinah
yang terdiri atas kaum muslimin dan orang-orang non muslim, yaitu nasrani dan
Yahudi.
Selain
itu, nabi juga membangun masjid. Lewat
masjid itu, kaum muslimin sehari-hari diajak bersama-sama, baik di dalam
menjalankan shalat lima waktu, tempat menyampaikan ilmu pengetahuan yang
bersumber dari wahyu dan juga petunjuk atau penjelasan dari pribadi Nabi, dan
tempat membicarakan berbagai persoalan kehidupan bersama. Masjid akhirnya
menjadi tempat strategis untuk mempersatukan umat.
Persatuan
kaum Muhajirin dan kaum Anshar sedemikian mendalam dan kokoh. Dua kelompok ini sebenarnya memiliki
latar bekalang kehidupan yang berbeda. Orang-orang yang datang berhijrah dari
Makkah terbiasa hidup di kota. Makkah sebagai kota perdagangan, dan
sebaliknya Madinah, sebagai daerah pertanian yang subur.
Dua kelompok yang memiliki latar belakang berbeda sekalipun disatukan oleh Nabi
hingga terjadi saling mengetahui, memahami, menghargai, dan saling tolong
menolong.
Berpuasa
adalah kegiatan yang dilakukan oleh kaum muslimin untuk mengalahkan hawa
nafsu, agar mendapatkan kemenangan, hingga meraih derajad taqwa. Kemenangan itu bukan terhadap orang lain,
tetapi terhadap dirinya sendiri. Orang yang berhasil mengalahkan hawa nafsu
itu disebut sebagai orang yang menang. Nafsu ingin menang sendiri, benar
sendiri, merasa selalu unggul dari yang lain, sombong, serakah, bakhil, tidak
mau bersyukur, dan lain-lainnya, akan dikalahkan oleh kegiatan berpuasa ini.
Oleh
karena itu orang yang disebut menang dan atau berhasil dalam menjalankan
puasa adalah orang yang sukses dalam memerangi hawa nafsunya sendiri itu. Mereka itu, setelah berpuasa sebulan penuh,
akan menjadi tahu terhadap dirinya sendiri, mampu memahami dan juga
menghargai orang lain, tidak takabbur, tidak bakhil, peduli dengan
orang lain, dan yang tidak kalah pentingnya adalah tumbuh kecintaannya
terhadap persatuan. Mereka yang berjiwa mulia seperti itu disebut sebagai orang
yang bertaqwa. Bukan sebaliknya, dengan berpuasa, justru tumbuh
perasaan bahwa dirinya sendiri yang benar.
Manakala puasa di bulan ramadhan ini mampu
memerangi hawa nafsu yang selalu timbul pada diri masing-masing orang itu, dan
kemudian mengubah atau menggantikannya dengan sifat-sifat mulia, seperti yang
digambarkan di muka, -------saling mencintai, menghargai, peduli sesama,
menghilangkan kesombongan, sifat bakhil, dan seterusnya, maka puasa akan
berhasil melahirkan semangat bersatu di kalangan umat Islam.
Persatuan adalah ajaran Islam yang tidak
kalah utamanya dari jenis ibadah lainnya yang juga harus ditunaikan.
Sementara itu, saya melihat di mana-mana, persatuan ummat ini belum
mendapatkan perhatian cukup dan sungguh-sunguh. Konflik dan juga berebut
menang dan merasa benar sendiri, ternyata masih menghiasi kehidupan umat Islam.
Itulah di antara sebabnya, umat Islam masih lemah, hingga belum berhasil
meraih kemenangan yang sebenarnya. Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar