Kebanyakan
orang tatkala berbicara tentang puasa, maka yang tergambar dalam pikirannya
adalah pahala kelak yang akan diterima. Ibadah di bulan puasa akan mendapatkan
rakhmat, ampunan, dan dijauhkan dari api neraka. Keyakinan seperti itu kiranya tidak
keliru, oleh karena terdapat dasarnya yang cukup kuat. Akan tetapi sebenarnya,
selain itu puasa juga bisa diposisikan sebagai kekuatan pengubah kepribadian
orang-orang yang menjalankannya itu sendiri.
Disebutkan
di dalam al Qur’an bahwa diwajibkannya puasa agar mereka yang menjalankan menjadi
orang yang bertaqwa.
Maka artinya ketaqwaan itu tidak akan diraih begitu saja tanpa sebuah usaha.
Manusia diperintahkan untuk bertaqwa, tetapi ketaqwaan itu sendiri harus
diperoleh melalui usaha dengan cara yang tepat. Salah satu di antaranya adalah
melalui puasa di Bulan Ramadhan.
Mengubah seseorang, apalagi terkait dengan
kepribadiannya ternyata tidak mudah. Kita lihat saja orag-orang di
sekitar kita. Masing-masing memiliki kepribadiannya sendiri-sendiri, yang
berbeda antara satu dengan lainnya. Tidak ada orang yang memiliki
kesamaan secara persis, baik yang tampak dan apalagi kepribadiannya secara
keseluruhan yang tidak tampak. Kepribadian itu ternyata sulit diubah. Sedangkan
yang bisa mengubahnya, tidak lain hanyalah dirinya sendiri.
Semua
orang menginginkan agar hidupnya sukses. Namun kesuksesan itu sebenarnya juga
tergantung dari kepribadian masing-masing. Seseorang ingin hidup sukses
akan tetapi perilakunya sehari-hari tidak mendukung, maka maksudnya itu
tidak akan bisa diraih. Sukses seseorang akan ditentukan oleh usahanya dan
juga harus melalui cara-cara yang tepat. Manakala usaha itu tidak dilakukan dan
apalagi tidak mengetahui cara yang harus ditempuh, maka keinginannya itu
tidak akan berhasil diwujudkan.
Kita selalu melihat orang-orang sukses,
atau katakanlah menurut ukuran kita sendiri, mereka itu kita sebut
sukses. Keberhasilan itu misalnya dari jumlah kekayaannya, jabatan yang
berhasil diraih, gelar akademik, dan tentu masih banyak lagi ukuran lainnya. Mereka
yang sukses itu ternyata memang memiliki perilaku atau kepribadian yang amat
berbeda dari orang-orang biasa yang kita sebut tidak sukses.
Ciri
orang sukses itu misalnya, yang bersangkutan memiliki pandangan yang
luas, selalu berpikir jauh ke depan, pekerja keras, mampu menjalin komunikasi
secara terbuka dengan siapapun, memiliki jiwa ulet atau tidak mau segera
menyerah, berani mengambil resiko, konsisten, dan lain-lain. Beberapa ciri yang disebutkan
itu adalah pintu-pintu untuk meraih keberhasilan hidup bagi siapapun. Akan
tetapi ketika perilaku atau kepribadian seperti itu tidak dimiliki, maka
siapapun tidak akan sukses. Keberhasilan adalah merupakan buah dari perilaku
atau kepribadian seseorang.
Oleh karenanya perubahan perilaku,
watak, atau karakter itulah yang diperlukan bagi siapapun yang ingin berhasil
dalam hidupnya. Anak desa yang sebelumnya tidak memiliki kekuatan apa-apa
ternyata meraih keberhasilan dalam hidupnya. Ia dipercaya dan mampu
melakukan peran-peran strategis di tengah masyarakiat kota. Begitu pula
sebaliknya, seorang anak kota yang orang tuanya kebetulan sebagai pejabat dan
kaya, tetapi ternyata dikalahkan jauh oleh anak desa, oleh karena yang
bersangkutan gagal di dalam membangun perilaku, watak atau karakter dirinya
sendiri.
Hasil
dari menjalankan puasa yaitu sebagai orang yang bertaqwa mestinya diwujudkan
dari adanya perubahan kepribadian itu. Orang yang semula penakut akan resiko
maka menjadi pemberani. Semula berpandangan sempit dan selalu berpikir pendek,
praktis dan prakmatis setelah puasa mampu mengubahnyanya sendiri menjadi
berpikir luas dan jauh ke depan. Selain itu, dari semula tidak mau
menjalin komunikasi secara luas, tetapi kemudian sebagai buah berpuasa, mereka
menjadi berhati lapang dan berhasil melihat kunci-kunci orang
sukses, maka hatinya tergerak untuk mengikutinya.
Lebih
dari itu semua, kegiatan tadabbur al Qur’an yang dijalani di bulan
ramadhan membuahkan hasil, yaitu pengetahuannya semakin luas, iman atau
keyakinanya menjadi lebih kokoh, semangat hidup dan tekadnya
menjadi orang terbaik semakin kokoh, maka artinya bulan puasa menjadi
kekuatan pengubah diri seseorang.
Namun sebaliknya, manakala setelah berpuasa ternyata juga tidak berhasil
mengubah dirinya, maka puasanya itu tidak terlalu banyak bermakna. Mereka
masih tetap malas, berpikiran dan pandangan sempit, penakut, dan
seterusnya, maka puasanya hanya sekedar berharap mendapatkan pahala itu.
Puasa
semestinya menjadi kekuatan pengubah, ialah perubahan kepribadian, watak, dan
karakter yang diperlukan bagi orang-orang yang sukses. Sedangkan perubahan itu tidak akan datang
dari orang lain, melainkan dari dirinya sendiri. Itulah sebabnya puasa tidak
boleh diwakilkan dan hanya diwajibkan terhadap orang-orang yang beriman, yaitu
orang-orang yang memiliki keyakinan bahwa sukses itu bisa diraih oleh siapapun.
Sedangkan mereka itu, lewat puasa di bulan ramadhan, akan mengubahnya. Wallahu
a’lam.
Imam Suprayogo
0 komentar:
Posting Komentar