Sudah sekian lama
bangsa Indonesia diterpa oleh berbagai persoalan yang dirasakan
sedemikian memprihatinkan. Korupsi yang tidak kunjung reda. Hampir setiap hari diberitakan tentang
adanya pejabat dari berbagai instansi
ditangkap KPK oleh karena melakukan korupsi. Mereka itu kemudian diadili dan
dipenjara. Tindakan tegas seperti itu ternyata tidak menjadikan pejabat takut.
Buktinya, setiap hari kasus-kasus seperti itu masih saja terjadi, seolah-olah
masuk penjara bukan sesuatu yang harus dihindari.
Persoalan lainnya adalah konflik di berbagai
lapisan terjadi di mana-mana. Konflik antar kampung, kelompok, partai,
organisasi, polisi membunuh polisi, konflik antara polisi dan tentara,
pengusaha dengan rakyat, antar mahasiswa, dan lain-lain. Seolah-olah perseteruan bukan hal yang
harus dihindari. Saling menghujat, menjatuhkan, dan bahkan membunuh dianggap
hal biasa.
Demikian pula terkait hukum dan peradilan, bahwa
dirasakan sedemikian sulit mendapatkan keadilan. Sogok menyogok, makelar kasus, dan lain-lain terjadi
di mana-mana. Orang kemudian tidak percaya lagi kepada peradilan. Siapa
saja yang punya uang demikian mudah menyelesaikan kasusnya dan sebaliknya bagi
mereka yang miskin. Hukum dirasakan bukan untuk semua, sehingga muncul istilah
tebang pilih, diskriminasi, dan sebagainya.
Hal lain lagi yang tidak kurang memprihatinkan
adalah penggunaan obat terlarang dan gerakan terorisme yang semakin
mengkhawatirkan. Sekalipun
sudah dilakukan pencegahan ternyata gejala itu semakin merata hingga ke
kota-kota kecil. Pesta sabu, narkotika, dan bahkan pesta sex, dan apalagi
sekedar minuman keras sudah dianggap hal biasa. Demikian pula terorisme,
yang ketika para tokohnya berhasil ditangkap, ancaman itu dianggap sudah
hilang, ternyata masih muncul lagi di mana-mana. Persoalan tersebut sudah
semakin rumit untuk diselesaikan.
Berbagai
persoalan berat tersebut masih ditambah lagi dengan adanya
kesenjangan sosial, lapangan pekerjaan semakin terbatas, pendidikan yang tidak
mudah ditingkatkan kualitasnya, ancaman separatis, dan berbagai hal lainnya. Tidak cukup lagi di situ, tetapi masih juga ditambah dengan selalu
munculnya musibah berupa bencana alam, seperti banjir, gunung meletus, gempa
bumi, tanah longsor, dan juga berbagai jenis penyakit muncul di mana-mana.
Di tengah-tengah keadaan bangsa seperti itu, para
elite politik di berbagai levelnya, baik pusat, wilayah maupun daerah saling
bersaing dan berebut kekuasaan. Perebutan itu tidak saja didasarkan pada kompetensi atau kapabilitas,
melainkan juga dengan uang. Mereka berebut simpati rakyat agar
mendukung dengan strategi politik uang. Sementara rakyat juga begitu, memilih
calon pemimpin yang memberi uang. Padahal sudah disadari bahwa cara itu akan
mempersubur korupsi yang akhirnya menyengsarakan rakyat sendiri.
Menyadari akan persoalan dan masa depan bangsa,
maka sementara orang mulai bertanya-tanya,
bagaimana menyelasaikannya. Mereka mencari pintu keluar dari berbagai problem itu. Maka diskusi, dialog, seminar yang diikuti oleh para ahli diselenggarakan
di mana-mana. Di antara mereka berpendapat bahwa
berbagai persoalan itu lahir oleh karena sistem penyelenggaraan negara yang
kurang tepat. Demikian pula pendapat lain, mengatakan bahwa persoalan besar itu
muncul karena mental, karakter, atau watak bangsa ini sudah menyimpang dari
yang seharusnya.
Bagi umat Islam, tempat kembali agar keluar dari
berbagai persoalan itu sebenarnya sudah jelas, yaitu al Qur’an dan Hadits Nabi. Utusan Allah yang terakhir berpesan bahwa, di mana dan kapan saja manusia
tidak akan tersesat sepanjang berpegang pada dua hal, yaitu al Qur’an dan Hadits
Nabi. Maka persoalannya
adalah percaya dan maukah membuka kitab suci dan kisah-kisah kehidupan Rasulullah itu, dan selanjutnya
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Di sana sebenarnya kunci
penyelesaian semua persoalan bangsa dan kehidupan ini. Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar