Bahaya Perpecahan



Rasanya sudah terlalu banyak bukti, di mana saja ada perpecahan, maka di sana pula ada   kemunduran dan juga kekalahan. Hampir-hampir tidak pernah ada perpecahan membuahkan perkembangan dan kemajuan. Oleh karena itu, banyak orang   mengingatkan tentang betapa besar bahaya perpecahan. Sekecil apapun,  perpecahan itu harus dihindari.  Atas dasar  itu, banyak orang memberikan  nasehat tentang betapa pentingnya persatuan dan kesatuan.

Namun memang, merawat persatuan itu sedemikian sulit. Semua orang tahu bahwa persatuan itu penting, dan sebaliknya berpecah belah itu berbahaya, tetapi tidak mudah menghindarkan diri dari konflik dan berpecah-belah. Semangat menang atau  nafsu mengalahkan orang lain selalu tumbuh. Bahkan orang yang gemar  mengingatkan tentang pentingnya persatuan sekalipun, pada suatu saat juga terlibat dalam perselisihan.

Contoh-contoh tentang betapa besar resiko berpecah belah atau berselisih sedemikian banyak, baik pada  skala besar atau kecil. Banyak negara yang rakyatnya menjadi menderita bertahun-tahun sebagai akibat perselisihan dan  perang. Bahkan tidak sedikit negara menjadi hancur oleh karena ada kelompok-kelompok yang berebut menang  itu. Contoh yang baru saja terjadi, misalnya adalah  Irak, Libia, Mesir, Yaman, dan akhir-akhir ini Syria. Negara-negara tersebut itu berantakan oleh karena perpecahan itu.

Dalam skala kecil perselisihan juga bisa terjadi di mana dan kapan saja, bahkan di lembaga pendidikan sekalipun. Perselisihan itu juga berakibat serius. Saya banyak melihat  perguruan tinggi  yang semua maju luar biasa. Akan tetapi, entah apa sebetulnya yang diperebutkan, terjadi konflik internal. Dalam konflik itu, siapapun pihak yang menang, ternyata berbuah  kemunduran. Contoh tentang hal itu ada di mana-mana. Kiranya siapapun bisa menemukannya sendiri.

Tidak saja institusi yang melibatkan banyak orang,  sebuah keluarga saja,  manakala terjadi konflik, bertikai di dalam rumah tangga, hubungan yang  tidak harmonis antara suami dan isteri misalnya, maka juga tidak akan meraih kebahagiaan. Keluarga yang dimaksudkan itu juga  tidak akan maju, dan apalagi hidup tenteram. Rumah tangga itu  akan menjadi berantakan akibat perselisihan  yang tidak berhasil didamaikan.

Oleh karena itu sudah menjadi dalil, bahwa perpecahan akan membuahkan kesengsaraan. Perpecahan tidak akan berbuah apa-apa. Maka suasana seperti itu harus dihindari. Tatkala terjadi perbedaan pandangan, ada kepentingan pihak-pihak tertentu terganggu, ada kesalahan dan sejenisnya, maka harus dipecahkan dengan bermusyawarah. Tidak boleh kemenangan dimonopoli sendiri. Bahkan manakala  harus ada salah satu yang menang, -------- pesan Ronggo Warsito,  pemenangnya tidak boleh menganggap rendah pihak yang kalah. Disebutnya:  “menang tanpo ngasorake”.

Akhir-akhir ini, di negeri kita sedang banyak konflik. Bahkan yang masih sedang terjadi pada saat ini adalah konflik di Partai Demokrat, partai  yang sedang berkuasa. Pemicunya adalah hasil survei. Disebutkan  bahwa elektabilitas partai itu turun. Oleh sementara pihak, hal itu adalah sebagai akibat kesalahan pemimpinnya. Maka solusinya, pemimpinnya harus dikurangi kewenangannya. Diyakini  bahwa dengan cara itu, masyarakat akan menjadi percaya  dan  kemenangan akan  diraih kembali pada pemilu mendatang.

Logika tersebut bisa saja benar atau juga sebaliknya, memperburuk keadaan. Manakala kebijakan itu berhasil melegakan semua pihak, maka partai itu akan bangkit kembali. Akan setapi sebaliknya, jika  perpecahan tidak bisa dihentikan, artinya masih ada pihak-pihak yang kurang puas, mereka merasa dirugikan, maka perlu kehati-hatian. Sebab, perpecahan di ranah politik biasanya tidak mudah diakhiri. Selain itu, masyarakat juga tidak suka bergabung dengan partai yang selalu ribut dan berpecah belah. Mereka  lebih suka dengan partai politik yang terkesan santun,  teduh, dan damai. Wallahu a’lam.

        
Imam Suprayogo

0 komentar:

Posting Komentar