Dua orang sahabat yang sudah lama
berpisah, bertemu saat mereka sudah sama-sama memiliki anak-anak kecil. Salah
seorang dari mereka berkata, “Wah, pasti repot punya tiga anak kecil-kecil.
Rumah pasti selalu berantakan, ya!”
Namun jawaban sahabatnya itu
sungguh sangat tak terduga. “Alhamdulillah, semua anak saya sudah biasa
beres-beres sejak kecil. Bahkan anak saya yang dua tahun juga sudah mulai
belajar membereskan mainannya sendiri.”
Jawaban tersebut tentu mengagetkan
temannya. Ia, seperti juga kebanyakan ibu lainnya, menganggap beres-beres hanya
pekerjaan orangtua dan anak yang sudah besar.
Saat ini banyak orangtua yang
menyadari pentingnya mainan edukatif untuk kecerdasan anaknya. Namun banyak
yang tidak menyadari bahwa beres-beres setelah bermain juga tak kalah penting.
Selain membangun karakter mandiri, disiplin, dan tanggung jawab, beres-beres
juga sangat menstimulasi kecerdasan.
Saat beres-beres, anak banyak
belajar hal yang penting untuk kehidupannya. Pertama, anak belajar sebab
akibat. Ketika ia membuka sebuah kotak mainan dan mengeluarkannya lalu
membereskannya lagi, ia melihat bahwa segala sesuatu yang ia lakukan, akan
berdampak pada lingkungannya.
Kedua, melatih kemampuan
klasifikasi. Saat membereskan mainan kita bisa melatih kemampuan anak mengenali
betuk, ukuran, dan warna benda lalu mengelompokkannya. Itulah yang dimaksud
klasifikasi. Sebuah kemampuan yang mengasah kognisi anak sekaligus awal
mengenalkan konsep salah dan benar.
Ketiga, saat anak beres-beres ia
belajar tentang mengawali dan mengakhiri (start and finish) sebuah kegiatan.
Mereka belajar fokus dan tuntas terhadap sebuah kegiatan. Serta masih banyak
lagi manfaat lainnya.
Lalu bagaimana mulai mengajarkan
beres-beres pada anak? Pertama, sejak bayi biasakan anak melihat suasana yang
rapi. Penataan pakaian dan mainan yang rapi akan membuat mata anak terbiasa dan
merasa nyaman dengan kerapian. Kedua, biasakan anak-anak melihat proses
beres-beres dan jelaskan pada mereka urutannya. Hindari beres-beres saat anak
sedang tidur, karena anak akan menganggap segala sesuatu akan beres dengan
sendirinya. Ketiga, ajak anak beres-beres segera setelah selesai bermain.
Libatkan secara bertahap dari yang paling sederhana, misalnya memasang tutup
kotak mainan atau mendorong laci mainannya. Selanjutnya, bersamaan dengan
meningkatnya usia anak, kita bisa meningkatkan keterlibatan anak dalam
beres-beres lebih jauh lagi sampai dia mandiri.
Saat anak-anak berusia antara dua
sampai tiga tahun, biasanya anak secara alamiah mulai serba ingin melakukan
segala sesuatunya sendiri. Saat itulah waktu terbaik melatih mereka ikut
terlibat dalap proses beres-beres. Mengajarkan cara membuang sampah di tempat
sampah yang membuka tutupnya dengan cara diinjak, akan sangat menyenangkan mereka.
Mereka pun akan terstimulasi untuk senantiasa membuang sampah pada tempatnya.
Menurut seorang ahli pendidikan,
jika anak sudah terbiasa beres-beres dalam hal kongkrit -seperti mainan dan
peralatan- kelak ia juga akan terbiasa beres-beres dalam hal yang abstrak.
Ketika ada masalah atau ganjalan dengan sudara, teman, guru atau orangtuanya,
maka ia akan segera membereskannya (menyelesaikannya).
Ida S. Widayanti
0 komentar:
Posting Komentar