Manakala al
Qur’an dan juga hadits nabi direnungkan secara mendalam, maka akan sampai
pada kesimpulan bahwa ternyata Islam memberikan kebebasan kepada manusia
seluas-luasnya. Manusia
boleh melakukan apa saja yang dimaui. Manusia boleh mengetahui ciptaan Allah
baik di langit maupun di bumi, boleh beragama atau tidak, boleh beriman
atau tidak, dan bahkan asalkan bisa, manusia juga boleh membuat ayat-ayat
yang menyerupai al Qur’an. Manusia diberi kebebasan seluas-luasanya.
Manusia juga boleh-boleh saja tidak
mencari ilmu, melakukan kerusakan pada setiap waktu, mengkonsumsi apa saja,
memutus-mutus tali silaturrahmi, berperang, dan lain-lain yang lebih jahat
lagi. Akan tetapi atas sifat kasih sayangnya, Tuhan memberikan peringatan,
bahwa kejahatan yang dilakukan itu akan membawa kehancuran, baik terhadap
dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungannya.
Selain itu, mereka akan tersiksa baik di dunia maupun di akherat. Boleh dan
bebas manusia melakukan apa saja, tetapi kebebasan itu akan menjadikan dirinya
sengsara atau bahkan binasa.
Dalam tataran
empirik, kebebasan itu ternyata benar-benar diberikan. Manusia dengan
ilmu pengetahuannya berhasil menciptakan karya-karya yang bermanfaat. Untuk
menaklukkan jarak yang jauh, manusia menciptakan alat-alat
transportasi, dengan berbagai ukuran, baik transportasi darat, laut
dan udara. Betapa canggih
alat transportasi udara yang diciptakan oleh manusia berupa pesawat terbang.
Hanya dalam waktu belasan jam, dunia bisa dikelilingi dengan alat
transportasi itu. Samodra yang luas dan dalam bisa diselami berbulan-bulan.
Jalan di bawah tanah telah berhasil dibuat sepanjang berkilo-kilo meter, dan
bahkan melewati bawah laut.
Demikian pula alat komunikasi,
berhasil diciptakan dengan sedemikian canggihnya. Hubungan antar orang
sekalipun saling berada di belahan dunia yang berbeda bisa dilakukan dengan
cara murah, mudah, dan kapan saja. Melalui teknologi informasi dan
komunikasi, dunia seolah-olah menjadi sedemikian sempit dan
kecil. Siapapun sekarang ini, melalui alat yang diciptakan, manusia bisa
berkomunikasi dari jarak yang tidak terbatas, kapan dan di manapun mereka
berada.
Melalui riset
yang dilakukan, manusia berhasil mengetahui sebagian ciptaan Allah.
Apa yang dahulu tidak diketahui, atau masih menjadi rahasia, ternyata
berhasil dibongkar dan diketahui dengan jelas. Selanjutnya, dalam batas
yang sangat terbatas, manusia meniru Tuhan, membuat karya-karya yang
bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Misalnya, Tuhan menciptaan
binatang yang bisa terbang, maka manusia juga membuat alat transportasi udara,
menyerupai burung. Tuhan menciptakan binatang yang bisa hidup di dalam
tanah, maka manusia juga membuat alat transportasi di dalam tanah, di atas dan
di dalam laut, dan lain-lain.
Sifat Tuhan
sebagai Maha Mengetahui dan Maha Pencipta ditangkap, dipahami, dan ditiru
oleh manusia. Kegiatan itu dilakukan dengan cara riset secara mendalam, terus
menerus tanpa mengenal waktu. Riset itu dilakukan dengan obyektif, jujur,
dan sungguh-sungguh. Kegiatan
itu ternyata membawa hasil yang gemilang. Ilmu pengetahuan
ditemukan dan berbagai kebutuhan manusia juga berhasil diciptakan. Temuan itu
menyangkut berbagai lapangan kehidupan, tidak terkecuali, menyangkut rahasia
tubuh manusia sendiri. Akhirnya, ditemukan bermacam-macam obat dari
berbagai penyakit. Organ manusia bisa dibongkar, dan bahkan bisa diganti
dengan yang lain untuk menyelamatkan hidupnya.
Kebebasan yang
dimiliki oleh manusia menjadikan seolah-olah akan berhasil
membongkar semua rahasia Tuhan. Tuhan seolah-olah akan disamai.
Bermodalkan kebebasan untuk melakukan riset, manusia ingin mengetahui
isi, dan rahasia Tuhan.
Sementara manusia juga sudah kagum dengan hasil-hasil penelitian itu.
Lewat kegiatan penelitian, manusia seolah-olah sudah berhasil membongkar
rahasia Tuhan di jagad ini. Tetapi ternyata, Tuhan membuat statemen bahwa apa
yang berhasil diketahui itu, sebenarnya ilmu manusia masih sangat
sedikit dan terbatas bilamana dibandingkan dengan ilmu Sang Maha Pencipta.
Manusia juga
diberi kebebasan untuk tidak melakukan riset, dan juga tidak belajar. Akan
tetapi sebagai akibatnya, mereka akan tertinggal dari bangsa lain yang
melakukan kegiatan mencari rahasia Tuhan itu. Hal seperti itu pada saat ini sudah tampak
nyata di hadapan semua orang. Mereka yang tidak menguasai ilmu
pengetahuan telah tertinggal dan berada di bagian belakang. Sebagai
akibat miskin ilmu, maka juga akan miskin dalam hal-hal lainnya,
baik dalam ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Dijelaskan
lewat kitab suci, bahwa Tuhan akan mengangkat derajat bagi orang yang beriman
dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Berbekalkan kebebasan dalam
melakukan riset di berbagai bidang, manusia menghasilkan kemajuan dan
memperoleh pengakuan dari lainnya. Namun sebaliknya, jika kebebasan itu dilakukan
dalam hal-hal yang bersifat merusak, maka akan membinasakan dirinya sendiri,
orang lain, dan bahkan lingkungannya. Tuhan memberi kebebasan kepada siapapun
untuk memilih di antara keduanya. Memilih tidak belajar misalnya, memilih tidak
mau mengembangkan ilmu pengetahuan, memilih berbohong, memilih menyontek,
membocorkan soal ujian, dan lain-lain, semua itu dibebaskan
oleh Tuhan, tetapi akibatnya akan ditanggung sendiri. Atas dasar
pilihan itu, mereka untung sesaat, tetapi akan merugi selama-lamanya. Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar