Ini kisah tentang rasa penyesalan
seorang ibu, setelah tanpa sengaja membiarkan anak perempuannya menangis
sendirian setelah terjatuh. Kisah ini terjadi ketika mereka tengah berlibur di
sebuah bungalow di pinggiran kota. Anak perempuan yang berusia lima tahun itu
jatuh di jalanan menurun dan berbatu. Sang ibu sendiri tak mengetahui secara
pasti bagaimana peristiwa itu terjadi. Yang ia tahu, bahwa anaknya menangis di
teras dengan kaki yang tak berdarah. Si ibu yang tengah menggendong bayi,
bermaksud akan membaringkan bayi terlebih dahulu, dan akan menenangkan si gadis
kecil serta mengobati kakinya.
Namun apa yang terjadi, mungkin karena si ibu
menganggap luka di kaki anak perempuannya itu tak parah, ia terus mengurusi
bayinya. Ia pun sama sekali lupa kakak si bayi yang masih di luar. Ketika pintu
terbuka terdengarlah tangisannya. Si ibu kaget, entah berapa lama anak
perempuannya menangis sendirian di luar dengan angin yang bertiup cukup
kencang.
Sang ibu segera memeluknya, kemudian meminyaki kaki
anaknya itu yang ternyata keseleo dan bengkak. Ia merasa sangat bersalah telah
membiarkannya menangis kesakitan yang cukup lama. Memeluk, mencium, berkata
lembut, memberinya minum dan makanan tak cukup untuk menghapus sesal di hatinya.
Meskipun si anak sudah berhenti menangis, ia masih tetap merasa bersalah
terhadap anak perempuaannya itu.
Ia terus merenung. Ketika dilihatnya halaman di
sekitar bungalow yang membentang luas itu dipenuhi berbagai jenis rerumputan,
tiba-tiba muncul ide. Ia memetik beberapa bunga rumput, merangkai dan
mengikatnya dengan sebatang rumput lainnya. Jadilah seikat bunga rumput yang
cukup indah.
Sang ibu menyampaikan permintaan maafnya yang dalam,
sambil memberikan seikat bunga rumput itu. Si ibu melihat senyum mengembang di
wajah mungil anaknya, dan si anak pun berkata, ”Ummi sakit kakiku berkurang
karena bunga ini. Terima kasih Ummi, aku suka sekali bunga ini.” Sambil
meletakkan bunga itu di dadanya, kemudian ia mencium dan memeluk ibunya. Si ibu
merasa takjub, ia tak menyangka bunga rumput sederhana tersebut akan membuat
hati anaknya sangat bahagia.
Apa yang terjadi kemudian, membuat si ibu makin merasa
takjub. Sehari itu anak gadis kecilnya bolak-balik ke halaman mencari bunga
rumput lalu mengikatnya dan menyerahkannya pada sang ibu. Hingga menjelang
pulang, ia telah menyerahkan lima ikat kembang, terakhir ketika si ibu sudah
duduk di jok mobil, anak perempuan itu masih memberikan bunga rumput lagi.
”Ummi, ini bunga yang ke tujuh ya….!” ujarnya sambil berkata lembut dan
tersenyum.
Kisah di atas, memberikan pembelajaran yang cukup
dalam. Kadang ibu atau orang tua bersikap baik pada anak-anak karena berharap
anak-anaknya itu akan berbuat baik pula di hari tuanya kelak. Bercermin pada
kisah di atas, ketika si ibu begitu tulus memberikan bunga, justru ia yang
dibanjiri dengan bunga-bunga oleh anaknya. Ketulusan dan kasih sayang yang
dalam telah menyentuh hati sang anak.
Pikiran anak ketika dewasa akan dipenuhi pengalaman
dan kenangan indah maupun buruk dengan orang tuanya. Jika kenangan indah
bersama orang tuanya memenuhi benak sang anak, maka ia pun akan memberikan hal
yang terindah untuk kedua orang tuanya.
Ida S. Widayanti
0 komentar:
Posting Komentar