Mengapa ada masa nifas bagi wanita
yang baru melahirkan selama hampir 40 hari? Bukankah mudah saja bagi Allah
Subhanahu wa Ta’ala (SWT) untuk membuat seorang wanita tidak terlalu lama
mengalami masa nifas.
Pada masa nifas, seorang istri tidak boleh “melayani”
suami, yang pada hari-hari biasa justru tidak boleh menolak. Selama itu pula
Allah SWT memberi keringanan bagi wanita untuk tidak melaksanakan beberapa
aktivitas ibadah seperti shalat dan puasa. Mengapa masa nifas cukup panjang?
Bila merujuk pada teori Erik Erikson, seorang psikolog
sosial, saat awal kelahiran adalah saat bayi membangun “basic trust dan
mistrust” (rasa kepercayaan dan ketidak percayaan) pada orang di sekitarnya.
Jika dikaitkan pada masa nifas, Allah SWT memberi masa
nifas yang cukup lama karena pada masa itu seorang wanita diberi kesempatan
untuk benar-benar fokus pada sang bayi. Seorang istri tidak usah mengurus dan
melayani suami dan tidak beribadah, karena ia mempunyai pekerjaan besar yaitu
mengurus bayi yang baru dilahirkannya. Pada 40 hari pertama seorang ibu harus
benar-benar konsentrasi pada sang bayi yang baru mengenal dunia.
Janin di dalam kandungan seperti dalam surga, seluruh
kebutuhannya tersedia otomatis. Kalau dia butuh makanan, tanpa harus meminta,
makanannya pasti akan mengalir dengan sendirinya, dengan ukuran yang pas tidak
pernah kekurangan atau kelebihan.
Saat lahir ke dunia, seluruh kemudahan di dalam rahim,
yang seperti di dalam surga itu, semua terhenti. Semua otomatisasi hilang,
sekarang ia harus mengkomunikasikan apa yang dibutuhkan dan apa yang dirasakan.
Sehingga kalau ia lapar dan haus harus menangis dulu. Ketika pipis, pakaiannya
menjadi basah, ia harus menangis agar seseorang datang menganti popok dan
pakaiannya.
Sejak kelahirannya, bayi telah diberi kemampuan
menangis. Tangisan adalah bahasa pertama bayi untuk berkomunikasi dengan
lingkungannya. Melalui bahasa tangisan ia sampaikan rasa tidak nyamannya. Tugas
ibu adalah menerjemahakan arti tangisan dan meresponnya dengan cepat, tepat,
dan akurat. Jika hal itu berlangsung sejak awal, bayi akan percaya bahwa
walaupun harus menangis dulu, dunia ini nyaman juga.
Karena itulah pada masa awal kelahiran bayi, ibu perlu
khusyu’ membaca (iqra) sang bayi. Jika program ini berlangsung tanpa gangguan,
akan membangun kepercayaan bayi pada ibu dan dunianya.
Tapi kalau ibu tidak mampu membaca kebutuhan bayi atau
terlambat meresponnya, sehingga dia menangis sampai lama, itu berarti sudah
menanamkan apriori. Ia akan merasa dunia ini tidak enak, dan masalah akan
muncul di tahap-tahap perkembangan bayi berikutnya.
Kalau ibu menjalankan perannya dengan baik sejak awal
kelahiran, maka sang bayi akan aman. Ketika menangis, baru terdengar suara sang
ibu, dia akan merasa, ”O, kalau suara ini sudah terdengar, semua persoalan saya
pasti teratasi.” Maka dia akan menghentikan tangisnya meski sang ibu belum
menyentuhnya.
Andaikan pasangan suami istri menyadari tentang
rahasia di balik nifas, tentu akan bekerja sama membangun jembatan rasa percaya
buah hatinya sedini mungkin. Wallahu ’alam bi shawab.
0 komentar:
Posting Komentar