Seorang anak kelas 1 SD berkata
pada ibunya, “Ummi, sekarang aku tahu mengapa kita harus mengucapkan salam dan
bersalaman sebelum pergi dari rumah.”
“Oya, mengapa memangnya?” sang ibu
penasaran.
“Karena waktu pergi dari rumah,
kita tidak pernah tahu apakah kita akan selamat kembali ke rumah. Jadi waktu
bersalaman kita harus benar-benar mendoakan dan saling memaafkan,” kata sang
anak perempuan tersebut dengan ekspresi serius.
Si ibu tersebut tersentak karena
ternyata anaknya yang baru berusia tujuh tahun telah memahami makna dari ucapan
salam. Karena salam sudah menjadi hal yang rutin dan biasa, seringkali tak
disadari lagi maknanya dan mengucapkannya pun dengan sambil lalu.
Seperti yang disampaikan anak
tersebut, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang yang melangkah dalam keadaan
selamat kembali ke rumah. Mungkin kecelakaan di jalan bisa saja mengakhiri
hidupnya, atau sakit tiba-tiba pun bisa mengancam jiwanya.
Mengucapkan salam selain dilakukan
saat bertemu dan berpisah secara fisik, juga saat berbicara jarak jauh yaitu
menggunakan pesawat telepon. Namun saat mengucapkan salam lewat telepon pun
seringkali karena spontanitas, tidak benar-benar sambil mendoakannya.
Ada seorang ibu yang jika menelepon
anak remajanya bahkan tidak mengucapkan salam sama sekali. Kalimat pertama yang
diucapkannya, “Putri dimana?” Karena selalu kalimat itu yang diucapkan sang ibu
saat meneleponnya, maka anak gadis tersebut menyimpan nama ibunya di telepon
selulernya bukan dengan nama sang ibu tapi dengan tulisan “PUTRI DIMANA”.
Pertanyaan “Putri Dimana?” dengan
nada cemas ternyata dirasakan tidak nyaman oleh anak gadis tersebut. Ia merasa
seolah ibunya tidak mempercayainya. Ucapan salam dengan doa sepenuh hati tentu
jauh lebih baik dibanding pertanyaan dengan nada mencurigai.
Pentingnya mengucapkan salam banyak
dimuat dalam Hadist. Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Salam adalah salah satu Asma Allah yang
telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi
salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah.”
Salam meskipun terkesan sederhana,
namun merupakan amalan yang memiliki keutamaan. Rasulullah bahkan menyebutnya
sebagai perbuatan baik yang paling utama di antara perbuatan-perbuatan baik
yang kita kerjakan. Sayang, jika dalam pelaksanaannya kurang dihayati.
Sebelum Islam datang, orang Arab
biasa menggunakan ungkapan “Hayakallah” yang artinya ‘semoga Allah menjagamu
tetap hidup.’ Namun kemudian Islam memperkenalkan ungkapan “Assalamu ‘alaikum”
yang bisa artinya “semoga kamu terselamatkan dari segala duka, kesulitan, dan
nestapa.” Islam tidak hanya menyarankan ucapan salam yang mendoakan ‘untuk
tetap hidup’, tetapi salam yang mendoakan ‘agar hidup dengan penuh kebaikan’.
Sebagaimana diucapkan oleh anak di
atas, saat para suami, istri, anak berpisah di pagi hari belum tentu mereka
akan bertemu lagi. Jika menyadari hal itu, tentu saat salaman mereka akan
melakukannya dengan sepenuh hati dan dengan doa yang khusyu’ dan tulus. Dengan
demikian saat sore hari mereka berkumpul kembali, ucapan salam akan diucapkan
dengan penuh kesyukuran karena ternyata Allah masih memberi mereka kesempatan
untuk bertemu lagi dalam keadaan sehat wal afiat.
Semoga kita senantiasa mengucapkan
salam dengan sepenuh hati, yang dengan salam tersebut makin mendekatkan
hubungan antara anggota keluarga dan makin menumbuhkan kasih sayang.
Ida S. Widayanti
0 komentar:
Posting Komentar