Tiada Hari Tanpa Kegembiraan (Niente
Senza Gioia) demikianlah moto sebuah sekolah usia dini Reggio Emilia, Italia,
yang kini metodenya banyak diadopsi ke berbagai benua. Semua bagian di sekolah
ini sangat menjaga agar anak merasakan kebahagiaan dan senang bersekolah sejak
hari pertama. Pendiri sekolah ini, Loris Malaguzzi, mengatakan, “Saya percaya
bahwa anak-anak mengharapkan dari orang dewasa kemampuan untuk menciptakan
kegembiraan.”
Mengapa masa kecil anak harus bahagia? Kita bisa
bercermin dari kehidupan artis Michael Jackson yang kematiannya ditangisi
jutaan penggemarnya. Michael Jackson adalah contoh nyata orang yang masa
kecilnya tidak bahagia. Semua masalah yang dihadapi di usia dewasanya bermula
dari ketidakbahagiaannya di masa kecil. Tak hanya saat berlatih sang ayah
menampar dan mencambuknya, namun juga saat akan naik panggung. Barangkali sang
ayah menganggap bahwa apa yang ia lakukan semata-mata untuk kesuksesan
anak-anaknya. Namun, yang terjadi adalah luka batin yang tak tersembuhkan.
Agar tidak pernah lupa menutup jendela kamar sebelum
tidur, Joseph Jackson –sang ayah- menggunakan topeng monster, masuk ke kamar
saat mereka tertidur lalu berteriak sekencang-kencangnya. Hal inilah yang
membuat Michael mengalami trauma dan membuatnya selalu merasa tidak aman dan
ketakutan bahkan ketika berada di kamarnya sendiri.
Kekerasan verbal baik hinaan maupun kata-kata yang
mengancam tak kalah menimbulkan luka mental. Sebutan big nose (hidung besar)
membuatnya dikemudian hari sering mengubah penampilan melalui operasi plastik
hingga berkali-kali.
Sejak usia lima tahun, waktu Michael Jackson habis
untuk berlatih dan tampil di berbagai pertunjukkan. Hal ini membuatnya
benar-benar kehilangan keindahan masa kecilnya. “Saya suka dengan pertunjukkan,
tapi ada saatnya saya hanya ingin bermain.” Demikian pengakuan Jacko sapaan
akrab Michael Jackson dalam wawancaranya dengan Oprah Winfrey. “Saya tidak
pernah punya masa kecil yang normal.”
Karena itu, saat dewasa, ia mencoba menciptakan apapun
yang tak pernah didapatnya di masa kecil. Ia membangun istana di Ranch
Neverland, suatu tempat impian yang umumnya ada dalam benak anak-anak. ‘Negeri’
impian Michael Jackson itu menyediakan kebun binatang, roller coaster, komedi
putar, bianglala, kereta api, dan lain-lain.
Kesuksesan yang dapatkan di dunia musik membuat ia
bisa melakukan apa saja baik dengan membangun Neverland maupun untuk
gonta-ganti wajah. Namun, semua itu tak pernah dapat mengganti kebahagiaan masa
kecilnya yang terenggut. Michael tetap merasa kosong dan tidak bahagia. Ia lalu
muncul menjadi sosok yang kepribadiannya sering dianggap aneh, menyimpang, dan
menimbulkan kontroversi.
Kebencian akan perlakuan ayahnya yang merampas
kebahagiaan masa kecilnya tak bisa ditutupi. Dalam surat wasiatnya, ia sama
sekali tidak mencantumkan nama ayahnya sebagai penerima warisan. Ironisnya,
Bubbles, simpanse kesayangannya, justru mendapatkan sebagaian warisannya untuk
memastikan sang simpanse hidupnya terjamin.
Kebahagiaan masa kecil tampaknya sepele, namun sungguh
sangat penting. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam (SAW), dikenal sebagai
sosok yang sangat mengutamakan kebahagiaan anak-anak. Tindakannya memperlama
sujud untuk memberi kesempatan cucu-cucunya bermain di atas punggungnya, adalah
contoh kecil bagaimana membuat anak-anak senang, bahkan saat melakukan ibadah.
Melalui kegembiraan anak-anak membangun masa depannya.
Sebaliknya tanpa hal itu, seseorang menjadi limbung dan jatuh. Sudahkah kita
mengisi hari putra-putri kita dengan kegembiraan?
Oleh: Ida S. Widayanti
0 komentar:
Posting Komentar