Empat Ciri Manusia Unggul



Islam dibawa oleh Muhammad saw ke muka bumi dimaksudkan untuk menjadikan manusia memiliki ciri-ciri unggul. Banyak ciri-ciri unggul itu, tetapi empat di antaranya adalah: (1) orang yang memahami tentang dirinya sendiri, (2) bisa dipercaya, (3) sanggup membersihkan jiwa, pikiran, dan semua anggota tubuhnya, (4) selalu berpikir dan berbuat bukan saja untuk dirinya sendiri melainkan juga untuk orang lain.

Memahami tentang diri sendiri disebut sebagai bagian dari manusia unggul oleh karena pengetahuan tentang diri sendiri akan dijadikan modal untuk mengetahui Tuhannya. Tidak akan mungkin seseorang mengetahui Tuhannya tanpa terlebih dahulu mengetahui dirinya sendiri. Disebutkan dalam hadits Nabi  bahwa: “man arafa nafsahu faqod arafa rabbahu”. Juga orang yang tidak mengetahui tentang dirinya sendiri disebut sebagai orang yang tidak tahu diri. Sebutan itu selalu berkonotasi rendah dan juga jelek.

Orang yang tidak memahami diri sendiri, menurut ukuran manusia dan atau lingkungannya saja dianggap tidak pantas. Orang menyebutnya tidak tahu diri. Misalnya, seseorang yang tidak pernah sekolah dan juga tidak dikenal masyarakat, bahkan tidak memiliki modal, tetapi yang bersangkutan nekad mencalonkan diri sebagai wali kota atau bupati. Menurut persyaratan yang bersangkutan memenuhi, tetapi seharusnya ia juga mampu mengkalkulasi terhadap dirinya sendiri. Gagal  melakukan hal itu, maka ia disebut sebagai orang yang tidak tahu diri itu.

Pengetahuan tentang dirinya sendiri itu akan mengantarkannya untuk mengetahui tentang Tuhannya. Seseorang yang mengetahui tentang dirinya, maka pikiran dan atau hatinya akan tergerak untuk bertanya tentang eksistensi atau keberadaannya. Kesadaran itu akan melahirkan berbagai pertanyaan, misalnya dari mana asal muasal keberadaannya, apa yang seharusnya dilakukan dalam hidup ini, dan akan ke mana setelah hidupnya itu berakhir. Pertanyaan-pertanyaan kemanusiaan yang mendasar itu akan mengantarkannya pada suasana religiusitas atau keimanan, dan akhirnya seseorang akan menemukan siapa sebenarnya Tuhannya itu.   

Ciri manusia unggul yang kedua adalah bahwa yang bersangkutan bisa dipercaya. Betapa sulitnya pada saat ini mencari orang yang benar-benar bisa dipercaya. Pada saat sekarang ini, mencari orang yang bisa dipercaya, ternyata dapat diumpamakan menjadi lebih sulit daripada mencari es di padang pasir, atau mencari paku hitam di kegelapan. Muhammad saw sebelum diangkat sebagai rasul, beliau dikaruniai sifat terpercaya, hingga masyarakat memberi sebutan al-amien. Oleh karena itu, pantas sekali manakala seseorang yang bisa dipercaya dianggap sebagai manusia unggul. Islam sebenarnya mengajarkan agar umatnyua menjadi manusia yang terpercaya, di mana dan kapan pun mereka berada.

Sedangkan ciri manusia unggul seterusnya adalah memiliki kemampuan untuk menjaga kesucian hati, pikiran, dan semua anggota tubuhnya. Orang yang mampu menjaga dirinya secara utuh dan sempurna seperti itu, maka disebut telah memiliki ciri keungulan. Tidak semua orang mampu menjalankannya. Sekedar menjaga anggota tubuh agar tidak mengkonsumsi barang haram, pada akhir-akhir ini, ternyata bukan perkara mudah. Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa dalam hal mengkonsumsi sesuatu hendaknya selektif, yaitu makanan yang halal, baik, dan berkah. Lebih sulit lagi adalah menjaga pikiran dan hati. Oleh karena itu, siapapun yang berhasil menjaga dirinya itu,  pantas disebut sebagai manusia unggul.              

Akhirnya ciri ke empat adalah mereka yang selalu berpikir dan berbuat bukan saja untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk kepentingan orang lain. Terkait dengan ini, ada hadits Nabi yang mengatakan bahwa “khoirunnas anfau’uhum linnas”. Betapa indahnya manakala hadis ini dikembangkan ke dalam pengertian yang semakin luas, misalnya menjadi khoirul jam’iyah a’nfau’uhum lil jam’iyat dan bahkan khoirul bilad anfau’uhum lil bilad. Bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang berhasil memberi manfaat bagi orang lain. Rumusan itu akan mememiliki nilai lebih manakala kemudian dikembangkan menjadi, sebaik-baik organisasi adalah organisasi yang memberi manfaat bagi organisasi lainnya, dan bahkan selanjutnya,  sebaik-baik negara adalah negara yang berhasil memberi manfaat bagi negara lainnya.

Dalam kehidupan sehari-hari yang kita lihat adalah justru keadaan sebaliknya. Banyak orang bahkan menjadikan pihak-pihak lain sengsara, tidak kebagian, terhisap, terganggu hidupnya, dan bahkan dengan sengaja atau tidak menjadi teraniaya. Kehidupan yang kita lihat sekarang ini, sementara orang memiliki kekayaan lebih berada di tengah-tengah gugusan orang yang sedang mengalami kekurangan. Mereka yang berkurangan itu tidak ditolong dan bahkan sekedar di sapa saja tidak. Islam mengajarkan bahwa, sebaik-baik orang adalah mereka yang paling banyak memberi manfaat bagi orang lain. Manakala dipahami sedemikian indah ajaran Islam itu, dan apalagi dijalani. Wallahu a’lam.

Imam Suprayogo

0 komentar:

Posting Komentar