Keluhan terhadap kehidupan bangsa
ini sudah terlalu sering diungkap dan didengarkan bersama. Bangsa yang
kaya penduduk ternyata kekurangan tenaga ahli. Bangsa yang kaya sumber
daya alam, ternyata belum berhasil memanfaatkannya secara maksimal.
Bangsa yang kaya sumber energi seperti minyak, batu bara, gas bumi, dan
lain-lain, ternyata mengalami krisis energi. Bahkan hal yang sederhana,
bangsa yang memiliki tanah subur, ternyata buah-buahan, beras, dan bahkan sayur
mayur saja harus import ke luar negeri. Tidak itu saja, sekedar garam
saja ternyata harus membeli dari luar negeri.
Perguruan tinggi juga sedemikian
banyak, baik yang berstatus negeri maupun swasta. Tidak kurang dari 3000
perguruan tinggi ada di negeri ini. Setiap tahun meluluskan ribuan
sarjana. Anehnya pula, para sarjana tersebut mengalami kesulitan mendapatkan
lapangan pekerjaan, kecuali beberapa saja yang beruntung. Persoalannya
adalah mengapa hal itu terjadi. Tidak salah kiranya bila di negeri ini disebut
telah terjadi paradog dalam berbagai kehidupan.
Paradog itu misalnya, hidup di
negeri yang luas tetapi terasa tidak memiliki tanah. Pintar tetapi
sekedar mencari pekerjaan saja sulit, apalagi memecahkan persoalan
yang rumit. Kaya tetapi terasa miskin, dan sayangnya tidak terbangun
sebaliknya, yaitu miskin tetapi merasa kaya. Menyandang ijazah dan gelar
tinggi tetapi gagap menghadapi persoalan hidup. Banyak berbicara
tetapi kurang kerja, dan seterusnya paradog itu terjadi di berbagai
lapangan kehidupan.
Suasana paradog itupun sebenarnya
sudah lama dirasakan oleh berbagai kalangan. Mereka ingin keluar dari keadaan
yang serba paradok itu. Akan tetapi pertanyaannya adalah, bagaimana
cara yang harus dilakukan. Siapa yang harus memulai melakukannya.
Kekuatan apa yang harus dimiliki untuk mengubah suasana yang tidak
menyenangkan itu. Bagaimana mangelola atau memanage semua aspek gerakan
tersebut hingga paradog itu tidak terjadi lagi di masa depan.
Manakala kesadaran itu sudah menjadi
milik bersama dan kemudian ditindak lanjuti oleh gerakan bersama pula,
maka persoalan tersebut akan terselesaikan. Gerakan bersama agar efektif dan
membawa hasil yang luas, maka harus didasari oleh semangat berjuang
secara bersama-sama. Sedangkan setiap perjuangan harus disertai dengan
pengorbanan. Tanpa berkorban, berjuang tidak akan terjadi. Seseorang yang
mengaku berjuang, tetapi tidak mau berkorban dan bahkan menginginkan
keberuntungan, maka sebenarnya yang bersangkutan bukan berjuang melainkan
sebatas menjadi brokers.
Komunitas manapun yang di dalamnya
hanya terdapat para brokers maka tidak akan mengalami kemajuan. Masyarakat yang
di dalamnya terdapat orang-orang yang bermental brokers, maka yang selalu
terjadi adalah konflik, berebut, bertikai yang tidak henti-hentinya.
Akibatnya, masyarakat yang hidup di tengah-tengah sumber alam yang luas
dan beraneka ragam, akan tetap miskin dan menderita. Sumber alam yang
dimiliki bukan mendatangkan berkah, tetapi hanya sebatas bisa dilihat
dan dinikmati orang lain.
Oleh karena itu, yang perlu
dikembangkan adalah mental pejuang. Bekerja yang bernuansa perjuangan
tidak harus mengharapkan hasil untuk dirinya sendiri dan keluarganya,
melainkan selalu diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan bersama. Islam
mengajarkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bersedia
memberi manfaat bagi orang lain. Sebaliknya, orang yang hanya mementingkan diri
sendiri dan bahkan berlebihan disebut sebagai orang tamak, yang
sebenarnya dibenci, tidak saja oleh sesama manusia, tetapi juga
oleh Tuhan. Tamak atau disebut rakus adalah bagian dari karakter atau akhlak
buruk yang harus ditinggalkan jauh-jauh.
Semangat membangun karakter sebagai
pejuang itulah yang dibutuhkan bagi bangsa ini. Perjuangan harus dimaknai
secara benar dan dilakukan secara bersama-sama. Setiap orang menginginkan
terjadinya suasana keadilan. Manakala semua pemimpin, para elite atau
pemuka masyarakat bersedia memberikan tauladan, melakukan pengorbanan itu
secara sungguh-sungguh, maka keruwetan bangsa ini akan bisa diatasi.
Sikap-sikap transaksional, bermental buruh, dan juga apalagi sebagai brokers
atau sebatas perantara, harus dikurangi, dan bahkan dihilangkan.
Sebaliknya, manakala yang ditumbuh-kembangkan adalah mental
menerabas, cepat kaya tanpa bekerja, manipulatif, bermental
brokers, dan koruptif, maka persoalan bangsa akan semakin besar dan akan
menyiksa semua orang.
0 komentar:
Posting Komentar