Siapa saja yang ingin
mendapatkan gambaran tentang pendidikan terbuka dan gratis, maka jawabnya
adalah bulan Ramadhan. Peserta
didiknya adalah orang-orang yang beriman, targetnya adalah derajat taqwa.
Para muridnya pada siang hari tidak dibolehkan makan, minum, dan berhubngan
suami istri di siang hari.
Agar peserta pendidikan itu tidak memperoleh nilai jeblok, maka para siswanya dilarang melakukan hal-hal yang mengurangi nilai pendidikan itu, seperti misalnya bertengkar, mengumpat, ghibah, marah-marah, dan lain-lain. Pendidikan terbuka dan gratis ini tidak diawasi, kecuali oleh Tuhan sendiri. Atau, peserta didiknya dipercaya untuk mengawasi dirinya sendiri. Itulah sebabnya, para siswanya diberlakukan syarat, yaitu orang-orang yang beriman saja.
Demikian pula untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan itu, maka peserta didiknya dianjurkan banyak membaca al Quran, bersedekah, shalat malam, menolong orang yang sedang berkesusahan seperti anak yatim, orang miskin, dan lain-lain. Oleh karena itu puasa di bulan Ramadhan merupakan pendidikan terbuka dan meliputi semua aspek, baik aspek fisik dan non fisik. Aspek fisik yaitu dilarang makan, minum, dan berhubungan suami isteri di siang hari. Sedangkan non fisik, pendidikan itu meliputi aspek intelektual dan hati sekaligus.
Pendidikan yang bersifat terbuka dan gratis di bulan Ramadhan berjalan sebulan penuh, tidak boleh kurang dan tidak perlu dilebihkan. Oleh karena itulah maka agar hitungan itu tepat, maka di antara para peserta didiknya seringkali berselisih pendapat dalam menentukan waktunya, yaitu kapan harus dimulai dan kapan harus diakhiri bulan Ramadhan itu. Padahal berselisih itu sendiri tatkala menjalankan pendidikan terbuka dan gratis itu harus dihindari jauh-jauh.
Di kalangan masyarakat yang mayoritas penduduknya pemeluk Islam, suasana pendidikan itu terasa sekali, dan sangat berbeda dari bulan-bulan lainnya. Pada bulan Ramadhan, suara orang membaca al Quran tidak pernah berhenti dari waktu ke waktu, baik terdengar dari rumah, masjid, atau di tempat-tempat lainnya. Shalat malam yang disebut dengan shalat tarawih dan witir diselenggarakan pada setiap malam secara berjamaah. Banyak orang pada bulan-bulan lainnya belum tentu setiap hari ke masjid, maka pada bulan Ramadhan, mereka datang ke tempat suci itu untuk ikut shalat isya’ berjamaah, tarawih, dan witir.
Selain shalat isya’ berjamaah dan shalat tarawih, di masjid-masjid juga diselenggarakan ceramah dan didengarkan oleh para jamaahnya. Oleh karena itu para jamaah memperoleh kuliah gratis pada setiap malam. Bisa dibayangkan, umpama kuliah di bulan Ramadhan itu dihitung dengan SKS sebagaimana di perguruan tinggi, maka sebenarnya kredit peserta didik bulan Ramadhan cukup banyak. Mungkin hasilnya lebih signifikan dibanding dengan ikut kuliah kelas jauh yang juga belum tentu diselenggarakan secara tertib. Pendidikan di bulan Ramadhan ini sebenarnya sangat efektif untuk meningkatkan kualitas umat Islam dan sekaligus warga negara. Pemerintah sangat diuntungkan oleh pendidikan terbuka dan gratis yang diselenggarakan atas dasar konsep Islam ini.
Lewat pendidikan terbuka dan gratis di bulan Ramadhan juga tumbuh nilai-nilai sosial yang amat tinggi. Nilai-nilai sosial yang dimaksudkan itu tidak saja tampak dari shalat berjamaah di masjid melainkan juga bisa dirasakan dari berbagai kegiatan lain, misalnya, lewat pengeras suara atau lainnya, membangunkan sesama untuk makan sahur di malam hari. Suasana kebersamaan, kepedulian, dan tolong menolong di bulan Ramadhan tumbuh dan berkembang. Selain itu juga muncul fenomena saling memberi makan dan juga berbuka puasa bersama menjadi tradisi yang bisa membuahkan kokohnya tali silaturahmi di antara kaum muslimin.
Memang ada juga kegiatan yang dianggap kurang menyenangkan tetapi dilakukan oleh sementara orang di bulan Ramadhan, misalnya banyak anak-anak muda menyalakan petasan, menabuh bedug di masjid dengan suara yang tidak teratur hingga mengganggu masyarakat, dan lain-lain. Itu semua sebenarnya juga tidak ada niatan mengganggu kesucian bulan Ramadhan, melainkan justru sebaliknya, yaitu sebagai cara mereka mengekpresikan kesenangan tatkala memasuki bulan Ramadhan. Akhirnya bulan Ramadhan menjadi bulan istimewa, penuh dengan nilai-nilai pendidikan yang lebih utuh, bersifat terbuka dan gratis. Wallahu a‘lam.
Imam Suprayogo
0 komentar:
Posting Komentar