Islam menganjurkan agar mempelajari sejarah. Lewat
pelajaran itu, maka manusia akan memperoleh
pelajaran penting, di antaranya adalah tentang
berbagai kemajuan dan sebaliknya, yaitu tentang keruntuhan umat manusia. Dikatakan di dalam
kitab suci al Qur’an, bahwa setiap umat
akan menemui keruntuhan. Apabila saatnya itu telah tiba, maka tidak akan bisa
dimajukan dan diundur atau diakhirkan.
Kiranya kita tidak menyangkal hal tersebut. Negara yang
dulunya dianggap kuat, ternyata kemudian runtuh. Kita ingat kejadian yang
menimpa Iraq. Negara itu dulu dikenal sebagai negara yang sangat maju. Ilmu
pengetahuan berkembang luar biasa. Tanah subur di sekitar sungai Eufrat dan Tigris menjadikan rakyatnya makmur
dan kemudian mampu menghasilkan kehidupan yang maju, termasuk ilmu pengetahuan,
seni, dan budaya.
Tatkala saya berkunjung ke Baghdad pada awal tahun 1990 an,
bersama dengan Prof. Amien Rais dan Prof. Syafii Maarif, menyangsikan kemajuan
yang telah diraih itu. Di tepi sungai besar yang melintas di Kota Baghdad,
terdapat lembaga pendidikan Islam yang bagi saya sangat mengesankan. Dilihat dari konsepnya, pendidikan adalah
menyiapkan para siswanya agar bisa menjalani hidup. Diajarkan di sekolah itu
tentang berekonomi, berpolitik, berkeluarga,
hingga strategi dan teknik berperang.
Para siswa bertempat tinggal bersama guru-gurunya di lokasi
lembaga pendidikan itu. Perpustakaan dan laboratorium serta berbagai tempat
latihan, termasuk latihan perang disediakan oleh sekolah itu. Lembaga
pendidikan itu, seingat saya, didirikan
pada tahun 1112 M, sehingga jika dilihat dari sisi usianya sudah cukup lama.
Pendidikan semacam itu berhasil melahirkan peradaban unggul.
Negara yang terkenal maju seperti itu, ternyata pada
akhirnya berantakan oleh karena diserang tentara Amerika dan sekutu-sekutunya.
Saya tidak bisa membayangkan lagi, apakah setelah serangan itu dan Presiden
Saddam Husein jatuh, masjid-masjid yang
berukuran besar dan indah, sekarang ini masih ada. Begitu pula makam Syekh
Abdul Qadir al Jaelani yang berada di tengah kota Baghdad hingga sekarang masih
dirawat dengan baik. Demikian pula makam Abu Nawas yang juga tampak aneh dan
lucu apa masih ada, dan terawat seperti
dulu.
Selain Irak, ada lagi
negara yang dulu sangat kuat tetapi
kemudian runtuh dan bahkan bubar, yaitu uni Sofyet. Dulu tidak ada orang yang
membayangkan bahwa negara ini akan segera berakhir, tetapi nyatanya saat ini
sudah menjadi berbagai negara kecil;
yang terpisah-pisah antara satu dengan lainnya. Maka artinya, seberapa
besar dan kuat negara itu, tidak menutup kemungkinan suatu saat runtuh.
Akhir-akhir ini beberapa negara mengalami pergolakan.
Presidennya ditumbangkan dan ternyata tidak mudah untuk memulihkan kembali.
Mesir dan Libya adalah dua contoh yang dengan mudah dilihat atau dibaca. Sekalipun sudah terbentuk kembali pemerintahan baru, rupanya
keadaannya belum sepenuhnya pulih
kembali. Berbagai problem sosial, politik dan
ekonomi masih muncul silih berganti di kedua negara itu.
Demikian pula dalam kisah lama yang diabadikan dalam al Qur’an, di antaranya adalah kaum Ad dan Tsamud. Kedua bangsa ini setelah berhasil mengalami kejayaan, ternyata juga
runtuh dan bahkan menghilang. Selain kedua bangsa itu, tentu masih banyak bangsa-bangsa lainnya yang
bernasip serupa. Semuala tumbuh, berkembang, dan selanjutnya meraih
kedewaan, menua, akhirnya runtuh, dan kemudian mati. Tentu
kejadian itu tidak diharapkan oleh bangsa yang bersangkutan. Semua tetap ingin
tumbuh dan berkembang hingga meraih atau mempertahankan kejayaannya.
Manakala dipelajari secara saksama dari sekian bangsa-bangsa
yang runtuh itu, ternyata bukan disebabkan oleh faktor ekonomi dan gagal dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan oleh faktor dari dalam
diri manusia itu sendiri. Mereka saling berebut, melemahkan pihak yang lain,
melakukan manipulasi, dan kebohongan-kebohongan antar sesama. Tanpa diserang
oleh pihak luar, manakala hal tersebut terjadi di antara para pemimpin
bangsanya sendiri, maka negara itu akan runtuh. Hal demikian itu kiranya perlu
dijadikan pelajaran penting bagi para pemimpin bangsa kita sekarang ini.
Wallahu a’lam.
Imam Suprayogo
0 komentar:
Posting Komentar