Semua orang akan mengatakan bahwa
pintar itu penting. Jangan sampai hidup ini hanya menjadi orang bodoh. Orang
pintar hidupnya akan beruntung, dan tidak akan miskin atau
menderita. Selain itu, orang pintar akan bisa mengatasi problem-problem
hidupnya, tanpa menggantungkan diri kepada orang lain. Orang pintar juga
akan dijadikan pemimpin dan dianggap lebih tinggi derajatnya.
Pendidikan
dipercayai bisa mengubah seseorang dari bodoh menjadi pintar. Oleh karena itu, agar rakyat menjadi pintar, maka
pemerintah didesak menaikkan anggaran pendidikan. Manakala anggaran pendidikan
mencukupi, maka gedung sekolah bisa dibangun, guru bisa bekerja maksimal,
sarana dan prasarana bisa tercukupi, pendidikan berjalan maksimal, dan
hasilnya anak-anak bodoh menjadi pintar.
Namun
ternyata, berbekalkan kepintaran saja tidak cukup. Dalam kehidupan sehari-hari, orang pintar yang
tidak berkarakter, berkepribadian baik, atau berakhlak mulia justru akan
mencelakakan, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
Kepintaran harus dibarengi dengan karakter atau akhlak mulia. Bahkan kalau
boleh memilih, antara pintar dan berakhlak mulia, lebih baik memilih yang
berakhlak. Bodoh tetapi berakhlak lebih baik dari pada pintar tetapi minus
karakter.
Betapa besar
bahaya orang pintar tetapi tidak berkarakter bisa dilihat dan dirasakan
sekarang ini. Para koruptor
yang banyak tertangkap, diadili, dan dipenjarakan sekarang
ini, adalah orang-orang pintar tetapi tidak memiliki karakter yang baik. Oleh karena berhasil menempuh pendidikan dan
bahkan hingga pendidikan tinggi, mereka menjadi pintar dan diangkat sebagai
pejabat, baik di eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Namun karena tidak
berbekalkan karakter, dengan enaknya, mereka menguras uang rakyat.
Pemerintahan atau negara yang diurus
oleh orang-orang pintar tetapi tidak berkarakter, maka akibatnya,
sehari-hari yang diperbincangkan hanya soal korupsi, nepotisme, kolusi,
manipulasi di berbagai bidang kehidupan. Bahkan, persoalan sederhana, seperti
pelaksanaan ujian nasional misalnya, harus melibatkan polisi untuk
mengawal soal ujian dari gudang penyimpanan hingga ke tempat ujian, agar
tidak bocor. Umpama orang-orang pintar itu juga sekaligus berakhlak mulia, maka
kehidupan ini akan menjadi murah, ringan, dan mudah.
Maka, itulah sebabnya, Rasulullah
dalam membangun masyarakat, menjadikan akhlak mulia sebagai kuncinya. Manakala
masyarakat itu berakhlak mulia, maka aspek-aspek kehidupan lainnya
akan mengikuti menjadi baik. Politik, ekonomi,hukum, pemerintahan, dan lain-lain,
akan menjadi baik, dalam arti tidak akan terjadi penyimpangan,
manakala orang-orang yang ada di dalamnya, --------baik yang mengurus dan yang
diurus, berkarakter atau berakhlak mulia.
KH Mustofa Bisri dalam kesempatan berceramah di sebuah
pesantren, beliau menjelaskan perbedaan antara orang pintar dan orang bodoh
yang sama-sama berakhlak buruk.
Orang pintar yang tidak berakhlak, manakala mencuri atau korupsi, maka
jumlah yang dikorup akan lebih besar dibanding dengan yang mencuri itu
orang bodoh. Selain itu, orang pintar yang korup tidak mudah
ditangkap, diadili, dan dimasukkan ke penjara. Orang pintar selalu
mencari cara, sekalipun salah, agar selamat.
Hal itu berbeda dengan orang
bodoh yang sama-sama tidak berakhlak. Tatkala mereka mencuri,
barang yang dicuri, pada umumnya tidak terlalu banyak dan juga tidak
terlalu tinggi harganya. Orang bodoh yang melanggar hukum tidak
sulit ditangkap, diadili, dan juga dipenjarakan. Oleh karena itu, menurut
penjelasan KH Musthafa Bisri dalam pengajiannya tersebut, umpama harus
memilih, maka akan lebih memilih yang bodoh tetapi berakhlak daripada
pintar tetapi tidak berakhlak. KH Musthafa Bisri menjelaskan terhadap
betapa pentingnya akhlak mulia dan juga betapa besar bahaya atau resiko orang
pintar tetapi minus karakter.
Oleh sebab itu, adalah benar bahwa
pendidikan itu sangat penting dalam kehidupan ini. Akan tetapi
kepintaran yang diperoleh melalui pendidikan tidak cukup, manakala tidak
dibarengi dengan karakter atau akhlak yang mulia. Kedua-duanya, yaitu
kepintaran dan akhlak mulia harus dibangun bersama-sama. Tanpa akhlak, maka
kepintaran justru akan membahayakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang
lain.
Apa yang kita lihat
sehari-hari pada saat sekarang ini, yaitu banyaknya oknum pejabat dan
pemimpin bangsa yang korup, adalah petanda bahwa mereka pintar hingga
mendapatkan posisi atau jabatan yang tinggi, namun tidak dibarengi oleh
karakter dan akhlak yang mulia. Pendidikan yang tidak sempurna, yaitu
yang hanya mampu mengantarkan seseorang menjadi pintar tetapi tidak berahlak,
maka kepintarannya itu akan mengantarkannya ke penjara.
Itulah di antaranya, resiko orang pintar yang tidak berkarakter atau
berakhlak mulia. Wallahu a’lam.
Imam Suprayogo
0 komentar:
Posting Komentar