Seorang anak tampak bahagia ketika mendengar bahwa
ibunya akan datang ke sekolah untuk mengambil buku rapornya di TK. Sebelumnya,
sang ibu jarang datang ke sekolah karena selain bekerja, ia juga sibuk merawat
bayinya. “Jadi, kalau aku keluar dari kelas, Ummi sudah ada di bawah tangga,
ya?” ujar sang anak sambil tersenyum.
Ketika si anak keluar dari kelas, dan dilihatnya sang
ibu sudah berdiri di bawah tangga, si anak sangat gembira. Segera ia menuruni
tangga, dan ketika sampai di bawah ia langsung memeluk erat dan mencium sang
ibu.
Saat dalam perjalanan pulang ke rumah, kebahagiaan si
anak masih terpancar. Saat berjalan, ia memegang erat tangan sang ibu sambil
bercanda dan tertawa-tawa. Ketika sampai di rumah, si anak sibuk mengeluarkan
mainannya dan mengajak sang ibu untuk bermain. Si ibu yang berniat akan kembali
ke kantor merasa kaget. Ia baru tersadar, karena ia tidak memberi tahu anaknya
sejak awal bahwa ia akan kembali ke kantor siang itu.
Akhirnya, si ibu meminta ijin untuk berangkat, namun
anak tersebut tampak begitu sedih dan mulai terisak sambil memegang boneka
kecil di tangannya.
Si ibu akhirnya memeluknya, dan mendudukkan anak
tersebut di pangkuannya. ”Dinda sayang, Ummi tahu Dinda kecewa karena mengira
bahwa hari ini Ummi akan ada di rumah terus. Ummi minta maaf, karena tidak
memberi tahu Dinda sebelumnya. Ummi tahu Dinda sudah punya banyak rencana, mau
bermain bersama Ummi dan mau dibuatkan baju boneka. Tapi, hari ini Ummi ijin
tidak masuk kantor hanya sampai siang. Insya Allah, nanti sore, Ummi pulang
dari kantor, bisa bermain lagi bersama, ya?”
Sang ibu terus berbicara memberi pengertian pada
anaknya, hingga akhirnya Dinda berkata, ”Tidak apa-apa Ummi pergi, yang penting
Ummi tetap ada di hati,” ujarnya dengan mata yang masih basah.
Kisah di atas menggambarkan bahwa kesedihan,
ketakutan, dan kekecewaan akan perpisahan kerap dirasakan anak. Apalagi jika
itu terjadi di luar perkiraannnya. Sesungguhnya, hal itu normal terjadi pada
anak-anak. Karena itu, saat orangtua akan meninggalkan anak, sebaiknya
memberitahukan sebelumnya kapan dan berapa lama akan pergi. Informasi tersebut
sebaiknya diulang sampai si anak bisa mengerti. Hal itu membuat anak siap untuk
berpisah, dan dapat memperkirakan kapan ia dapat bertemu kembali.
Ada sebagian orangtua yang ketika akan pergi malah
menyelinap agar tidak diketahui anaknya. Ia ingin menghindari kesedihan dan
kekecewaan anaknya. Namun, cara tersebut sesungguhnya justru dapat merusak
kepercayaan dan meningkatkan ketergantungan anak.
Meski masih dibawah usia lima tahun, sesungguhnya anak
sudah mampu berpikir sesuai dengan tahapannya. Bahkan, sudah mampu membuat
rencana. Karena itu, orangtua sebaiknya tidak mengabaikan pikiran dan rencana
anak. Jika yang terjadi selalu di luar perkiraan dan rencananya, maka anak akan
merasa sering dikecewakan, sehingga menjadi anak yang ’rewel’. Jadi, orangtua
sebaiknya selalu terbuka menyampaikan situasi dan kondisi yang terjadi.
Kadang, ada hal yang terlupakan atau yang terjadi
benar-benar di luar rencana. Untuk itu, orangtua bisa mengatakan dengan lembut
dan penuh kasih sayang bahwa ia mengerti perasaan si anak. Sebagaimana yang
dilakukan ibu dalam kisah di atas, yang akhirnya mampu membuat anak terhibur
dan terobati kekecewaan hatinya.
0 komentar:
Posting Komentar